bakabar.com, JAKARTA - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) membuka opsi untuk melakukan impor KRL guna mengantisipasi lonjakan penumpang di tahun 2024. Rencana impor KRL tersebut tidak hanya dari Jepang, namun juga terbuka dengan negara lainnya.
Direktur Utama PT KAI Commuter (KCI), Asdo Artriviyanto menyebut ada lima perusahaan manufaktur yang memiliki kategori prasarannya dapat masuk ke Indonesia. Meski begitu, Asdo tidak merinci secara pasti nama kelima perusahaan tersebut.
"Ada negara lain dong," kata dia dalam konferensi pers evaluasi Nataru 2024, Kamis (11/1).
Baca Juga: Pengguna KRL 2023 Melonjak 35 Persen, Lebih Rendah Dibanding 2019
Asdo menerangkan lima perusahaan manufaktur yang dijadikan KCI sebagai referensi berdasarkan koordinasi dengan Ditjen Perkeretaapian Kemenhub. Hal itu terkait spesifikasi yang cocok dengan sarana prasarana di Indonesia.
Penyesuaian kondisi prasarana di antaranya mengenai listrik, trek atau jalur, hingga lebar kereta yang digunakan.
"Dan belum spek-speknya yang secara teknis detail yang harus sesuai dengan prasarana di sini," ujarnya.
Baca Juga: Kondisi Perusahaan Tak Sehat, Flip Umumkan PHK Karyawan
Adapun total kereta yang bakal diimpor berjumlah 3 trainset, dengan per trainset memiliki 12 kereta.
Targetnya, pengadaan impor KRL tersebut baru akan dilakukan pada akhir tahun ini, paling lambat awal tahun depan.
"Kita impor yang baru, benar-benar baru. Ini kan kita kejar supaya tahun 2024 bisa ter-deliver di Indonesia," katanya.
Namun, kata dia, rencana pengadaan tambahan Kereta Rel Listrik (KRL) tersebut tidak hanya melalui impor. Melainkan juga melalui retrofit hingga 2027 nanti.
Sementara, lanjutnya, total biaya untuk merealisasikan pengadaan KRL dalam bentuk impor dan retrofit itu bakal menggelontorkan dana hingga Rp8,65 triliun.
"Jadi, itu (dana) bukan untuk impor saja, ada retrofit, yang impor tuh hanya 3 ini karena untuk mengejar peningkatan kapasitas," sebutnya.
Baca Juga: 190 PSN Rampung Sepanjang 2023
Dia menjelaskan, dana tersebut bakal diperoleh dari Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp5 triliun melalui PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, serta sisanya Rp3,65 triliun melalui pinjaman bank.
Adapun PMN sebesar Rp5 triliun akan dicairkan secara bertahap hingga 2026, dengan alokasi Rp2 triliun tahun ini, Rp1,5 triliun di 2024, dan Rp1,5 triliun di 2025.
"Permohonan PMN itu juga melalui KAI, jadi PMN itu ke KAI yang akan di-deliver ke KCI. Jumlahnya kita ajukan Rp8,65 triliun kebutuhan capex, di mana Rp 3,65 triliun ini KCI harus pinjam ke bank melalui loan," ungkap dia.
Lanjut dia, untuk proses retrofit akan melibatkan 19 kereta yang bakal dilakukan secara bertahap hingga 2027 bekerja sama dengan PT INKA.
Baca Juga: Imbas Boikot Produk Pro Israel, Saham MCD Turun di Awal Tahun
Selain itu, beberapa kereta yang memasuki masa konservasi akan diretrofit untuk memperpanjang performa, walaupun tidak seoptimal kereta baru.
"Kita juga akan melakukan retrofit beberapa kereta kita yang masuk masa konservasi yang harus pensiun di-retrofit, sehingga performanya bagus lagi," terang dia.
Dia menjelaskan perbedaan antara kereta baru, dalam hal ini impor dan retrofit terletak hanya dalam nilai ekonomis operasional-nya saja.
"Meskipun kondisinya tidak sampai kayak baru kalau lihat nilai ekonomisnya. Kalau kereta baru 30 tahun kalau retrofit cuma 15 tahun," pungkas Asdo.