bakabar.com, JAYAPURA - Kasus pembunuhan disertai mutilasi yang melibatkan oknum prajurit TNI di Kabupaten Nduga, Papua, berbuah sanksi berat.
Berdasarkan keterangan resmi terbaru Penerangan Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/Cenderawasih, proses penyidikan terhadap 6 prajurit TNI Angkatan Darat yang terlibat telah rampung.
Hasilnya 2 perwira bersama 4 prajurit terancam mendapatkan hukuman mati. Bahkan berkas perkara dengan tersangka Mayor Inf HFD telah berada di tangan Polisi Militer Kodam Cenderawasih.
“Setelah diteliti Pomdam, berkas akan dilimpahkan ke Kepala Oditurat Militer (Kaotmilti) IV Makassar,” jelas Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih, Letnan Kolonel Kav Herman Taryaman, dilansir Viva, Selasa (20/9).
Semua tersangka dikenakan pasal berlapis. Seperti Mayor Inf HFD dijerat Pasal 365 ayat 4 jo 340 KUHP jo Pasal 339 KUHP jo Pasal 170 ayat 1, jo ayat 2 ke-3 KUHP jo Pasal 221 ayat 1 KUHP jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP dan Pasal 126 KUHPM jo Pasal 148 KUHPM.
Sementara Kapten Inf DK, Praka PR, Pratu RPC, Pratu RAS, dan Pratu ROM disangkakan Pasal 365 ayat 4 jo 340 KUHP jo Pasal 339 KUHP jo Pasal 170 ayat 1, jo ayat 2 ke-3 KUHP jo Pasal 406 ayat 1 KUHP jo Pasal 221 ayat 1 KUHP jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Selain 6 anggota TNI, terselip warga sipil bernama Roy Marthen Howai yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO). Penetapan status ini berasal dari rekonstruksi yang dilakukan.
Diketahui pembunuhan sadis itu terjadi 22 Agustus 2022 sekitar pukul 21.50 WIT di SP 1, Distrik Mimika Baru. Selanjutnya jasad korban dibuang di sekitar sungai Kampung Pigapu, Distrik Iwaka.
Adapun keempat korban diidentifikasi bernama Arnold Lokbere, Irian Nirigi, Leman Nirigi dan seorang korban tanpa identitas.
Selain tindak pidana pembunuhan, kasus yang mendapat sorotan dari Presiden Joko Widodo ini juga terindikasi bermotif jual beli senjata api.