bakabar.com, BANJARBARU - Kabut asap kerap menyelimuti wilayah Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel) akhir-akhir ini karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Namun, kualitas udara Banjarbaru masih dalam kategori sedang.
Hal itu dikonfirmasi oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarbaru. Mereka memantau kualitas udara menggunakan Air Quality Monitoring System.
"Indeks Standar Pencemar Udara di kota ini masih di angka 90," kata Kabid Penegakan Hukum dan Pengendalian LH, DLH Banjarbaru, Shanty Eka Septiani, Minggu (20/8).
Baca Juga: Kepergok Selingkuh, ASN Dishub Banjarbaru Digerebek Warga
Shanty menjelaskan bahwa indeks pencemaran udara yang dinilai baik ada pada rentang 0-50. Sementara 51-10 berarti sedang, level 200-299 maka sangat tidak sehat, kemudian 300-500 masuk kategori berbahaya.
"Kalau (Banjarbaru) 90 berarti masih sedang," jelas dia.
Terpisah, Plh Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Sukamto mengatakan bahwa kabut asap memang memiliki efek buruk bagi orang yang memiliki keluhan jantung dan paru-paru. Salah satu penyakit yang bisa muncul adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Namun, ISPA tidak serta-merta timbul akibat kabut asap. ISPA ini bisa dipicu oleh lingkungan, bakteri, dan faktor lain.
"Yang pasti, kabut asap berbahaya bagi pernapasan," imbuhnya.
Baca Juga: BPBD Kerahkan 4 Helikopter Padamkan Karhutla Banjarbaru, Kalsel
Karenanya, Sukamto menyarankan agar masyarakat tidak beraktivitas di luar rumah ketika kabut asap melanda. Jika memang harus beraktivitas, masyarakat hendaknya menggunakan masker dan kacamata.
"Serta perbanyak minum air putih. Konsumsi buah-buahan juga," pesannya.
Sebagai informasi, karhutla di Banjarbaru menjadi yang paling parah dibanding kabupaten/kota lain di Kalsel. Lahan yang terbakar mencapai 593,81 hektare.
Sementara itu, Kabupaten Tanah Laut berada di posisi kedua dengan karhutla mencapai 359,63 hektare. Disusul Kabupaten Banjar dengan luasan lahan terbakar sebanyak 275,05 hektare.