Pengurangan Sampah Plastik

Kampanye Conscious Living, Pemerintah Gencarkan Ekonomi Sirkular

Sampah plastik masih menjadi permasalahan pelik di berbagai wilayah Indonesia. Hal itu menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan keseharian masyarakat.

Featured-Image
Pemerintah komitmen Terapkan Ekonomi Sirkular melalui Kampanye Conscious living. (Foto: apahabar.com/Leni)

bakabar.com, JAKARTA - Sampah plastik masih menjadi permasalahan pelik di berbagai wilayah Indonesia. Hal itu menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan keseharian masyarakat.

Data Kementerian Lingkungan Hidup RI menyebut jumlah timbulan sampah mencapai 7,2 ton per hari. Sampah plastik sendiri menyumbang 14.02% dari timbulan sampah di provinsi DKI Jakarta.

Karenanya, pemerintah gencar menggaungkan sistem ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah, limbah, serta bahan berbahaya dan beracun (B3). Salah satu implementasinya dengan mendorong daur ulang sampah dan limbah B3 di lingkungan retail Indonesia.

Sub Kor Urusan Pengelolaan Sampah Dlh DKI Jakarta Rita Ningsih mengatakan Superindo, P&G dan Octopus bekerja sama dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melanjutkan program Conscious Living yang sebelumnya telah hadir di Kota Bandung.

Baca Juga: Peringati HPSN, Generasi Muda Jember Bikin Gerakan Edukasi Jemput Sampah Jadi Kompos

Sebagai informasi, Conscious Living adalah program edukasi perubahan perilaku masyarakat yang bertujuan untuk mengurangi sampah kemasan plastik yang sering kali berakhir di TPA dan laut.

"Menumpuknya sampah plastik masih terus menjadi perhatian yang belum terselesaikan. Lewat rencana strategi nasional dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis rumah tangga atau disingkat Jakstranas, Pemerintah menargetkan 30% pengurangan sampah dan 70% pengelolaan sampah pada tahun 2025," ujar Rita di Jakarta, Senin (27/2) 

Rita menambahkan, saat ini jumlah sampah DKI Jakarta yang masuk ke Bantargebang mencapai 7.500 ton, dan untuk sampah timbulan sekitar 8.030 ton. Angka ini berdasarkan hitungan dengan menggunakan jumlah penduduk DKI Jakarta.

Senior Sales Director & Sustainability Leader P&G Indonesia Asrini Suhita menargetkan tahun ini, mampu mengumpulkan sampah lebih banyak dari tahun sebelumnya. Jika tahun lalu di Bandung berhasil menampung 65 ton sampah, tahun ini pihaknya menargetkan 650 ton sampah di Jakarta.

Baca Juga: Viral Tumpukan Sampah, Petugas Bersihkan Waduk Cincin

"Sebenarnya kami tidak hanya fokus pada seberapa banyak timbulan plastik yang bisa dikelola, tapi kita juga meningkatkan lagi pemulung yang involve di program ini. Karena tujuan kami adalah empower mereka dan membentuk sirkular ekonomi," ungkapnya.

Rita menambahkan, "Kemarin di Bandung ada 122 (pemulung), tahun ini targetnya 10 kali lipat juga yang bisa terlibat dan mendapatkan manfaat ini."

Dalam prosesnya, Octopus lewat teknologi yang tersedia dalam aplikasi akan digunakan untuk menghubungi pelestari, setelah konsumen berhasil memilah sampah plastik yang mereka miliki. Pelestari lalu akan menjemput sampah tersebut hingga konsumen tak perlu repot.

Sampah yang dikumpulkan dan dijemput oleh pelestari tidak akan sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), melainkan diserahkan kepada pengepul atau pengolah sampah yang kemudian dijadikan sumber energi terbarukan.

Baca Juga: Mengenang Tragedi Bandung Lautan Sampah, Tonggak Lahirnya HPSN

Sebagai informasi, ekonomi sirkular merupakan model ekonomi yang berupaya memperpanjang siklus hidup dari suatu produk, bahan baku, dan sumber daya  agar dapat dipakai selama mungkin. 

Prinsip dari ekonomi sirkular mencakup pengurangan limbah dan polusi, menjaga produk dan material terpakai selama mungkin, dan meregenerasi sistem alam. Melalui ekonomi sirkular, masyarakat bisa mencapai lebih banyak dengan menggunakan lebih sedikit.

Editor
Komentar
Banner
Banner