Regional

Peringati HPSN, Generasi Muda Jember Bikin Gerakan Edukasi Jemput Sampah Jadi Kompos

Sejumlah generasi muda di Kabupaten Jember membuat usaha rintisan (start-up) pupuk organik atau kompos.

Featured-Image
Ilustrasi pembuatan pupuk kompos. (Foto: Republika)

bakabar.com, JEMBER - Sejumlah generasi muda di Kabupaten Jember membuat usaha rintisan (start-up) dengan produk pupuk organik atau kompos. Sejak April 2022 generasi muda yang tergabung dalam usaha rintisan Kompos-In ini aktif melakukan jemput sampah ke pedagang kaki lima di kawasan kampus Universitas Jember.

Para pemuda ini mengumpulkan sampah dari pedagang sekitar kampus menggunakan sepeda motor yang dilengkapi tong sampah. Sampah tersebut kemudian diolah menjadi pupuk kompos.

Kini, tepat di Hari Peringatan Sampah Nasional (HPSN) generasi muda ini memperkenalkan kompos yang sudah melampaui uji laboratorium dan siap untuk dijual.

Baca Juga: Marak Kasus Anak Tewas Tenggelam di Jember, Relawan Minta Ada Posko Penjagaan

Pendiri startup Kompos-In, Nurul Hidayah mengatakan, kini baru ada 4 mahasiswa yang tergerak untuk mengelola sampah menjadi kompos. Pihaknya akan menjaring generasi muda baru yang siap bergabung.

"Di sekitar kampus banyak yang jual jus, usaha mlijo, temen temen bekerjasama untuk ambil sampah organik," kata pria yang akrab disapa Cak Oyong kepada bakabar.com usai webinar zero waste, Selasa (21/2).

Cak Oyong mengatakan gerakan ini memiliki sejarah yang panjang. Pria yang aktif sebagai PNS di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jember ini aktif sebagai aktivis peduli sampah sejak 2013.

Ketika itu, Cak Oyong aktif dalam kegiatan bersih sampah sungai di sungai Bedadung kawasan kota bersama komunitas Grebek Sedekah sejak tahun 2013.

Baca Juga: Meresahkan! Polres Jember Tangkap Penyebar Hoaks Isu Penculikan Anak

Namun, pada tahun 2017 ia sakit hati setelah melihat banyak warga yang membuang sampah ke sungai, sementara dia di bawah masih warga sibuk membersihkan sampah.

"Saya kemudian berpikir. Gerakan bersih sampah ini tidak akan ada habisnya, kalau tidak disertai gerakan edukasi," kata Cak Oyong.

Selanjutnya, pada 2018 ia juga terenyuh ketika menemukan dua ekor penyu mati, ternyata di dalam tubuh penyu terdapat banyak plastik.

Membentuk Komunitas Sobung Sarka

Cak Oyong kemudian membentuk Sobung Sarka yang berasal dari bahasa Madura, memiliki arti "Bebas Sampah" pada 2019.

Lewat komunitas Sobung Sarka, dirinya berupaya mengkampanyekan zero waste dimulai dari diri sendiri bersama 7 orang di komunitas, seperti membawa tumbler, menggunakan sabun ramah lingkungan eco enzyme, dan selalu membawa tas ketika berbelanja.

"Sehari hari pakai natural soap, seperti ngepel lantai pakai eco enzyme dan klerak. Sudah kami lakukan sejak 2019," ujarnya.

Kasi Pengelolaan Sampah DLH Jember ini menyebut, sampah di Jember 50-60 persen adalah organik. Setiap hari setidaknya terdapat 1.300 sampah baru, dan hanya 25 persen masuk ke TPA, sisanya sekitar 900 ton bisa ke bank sampah, diambil pemulung, dibakar dan dibuang sembarangan.

"Kalau perhitungan 1 jiwa dikali 0,5, kurang lebih 1.300 ton, sedangkan yang masuk 5 TPA sekitar 315 ton setiap hari," katanya.

Baca Juga: Gugatan Praperadilan Kiai Cabul Jember Ditolak, Berkas Perkara Tunggu P21

"Sisanya ada 900 ton sekian, sebagian sudah masuk ke bank sampah, yang lain diambil ke pemulung,

Dari jumlah sampah tersebut, 40 persen bersumber dari limbah rumah tangga. Sayangnya, di Jember juga belum memiliki sistem pengangkutan sampah terpilah.

Gerakan Kompos-In, kata Cak Oyong, merupakan upaya mandiri di luar program DLH Jember. Ia terus berupaya mengajak generasi muda turut mengkampanyekan zero waste, serta bergerak untuk meminimalisir penumpukan sampah ke TPA.

"Saya masih sering mendengar penyu terdampar mati, Februari kemarin ada lumba-lumba mati terdampar juga," katanya.

Baca Juga: Ngeluh Sakit, Pria Lansia Meninggal dalam Kereta Rute Jember-Banyuwangi

Kini Cak Oyong memiliki dua gerakan yang fokus dalam aksi pengelolaan sampah dan edukasi. Menurutnya, problematika persampahan Indonesia masih perlu menjadi perhatian. Manajemen persampahan yang belum baik turut berkontribusi dalam emisi dan memperparah krisis iklim.

"Kompos-In lebih ke usaha rintisan, semoga menghasilkan. Sementara Sobung Sarka fokus edukasi, workshop," ujarnya.

Anggota di komunitasnya memang sedikit, namun ia menyadari butuh orang terpilih yang mau konsisten bergerak untuk peduli dengan lingkungan.

Editor


Komentar
Banner
Banner