bakabar.com, KLATEN - Kepala Desa Pepe, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Siti Hibatun Zulayka (50) mengaku pasrah dan tak bisa berbuat apa-apa melihat warganya yang tinggal di tenda disekitar puing-puing bangunan rumahnya yang telah rata dengan tanah.
Siti merupakan salah satu pemilik 13 rumah warga yang dieksekusi pada 10 Mei 2023 lalu. Ia terpaksa mendirikan tenda di sekitar puing-puing bangunan yang telah rata dengan tanah. Pilihan tersebut ia lakukan karena rumah tersebut merupakan satu-satunya yang telah dihancurkan.
"Rumah saya sendiri aja juga terdampak," ujarnya saat dihubungi bakabar.com, Jumat, (19/05).
Ia terpaksa tinggal berpindah-pindah dari rumah tetangga ke rumah saudaranya. Adapun suaminya mengikuti tetangga lainnya yakni memilih tinggal di tenda setiap malamnya.
"Ndak punya rumah ya buat tenda to. Rumah satu-satunya dihancurkan. Kalau malam untuk tidur, kalau siang untuk aktivitas," terangnya.
Baca Juga: Sesal Warga Pepe Klaten Korban Proyek Tol: Belum Dibayar, Dieksekusi Duluan!
Sebagai seorang Kepala Desa Pepe, ia menerangkan bahwa saat ini tidak ada anggaran untuk membantu para warga yang terdampak proyek tol Solo-Jogja tersebut.
Hal itu disebabkan dana desa yang tersedia saat ini sudah dianggarkan untuk kebutuhan desa. Dengan kondisi tersebut ia tidak bisa memaksakan diri untuk mengambil anggaran dana.
"Sudah tidak ada anggaran untuk itu. Kami ambil dari mana? Dana desa sudah tidak bisa digunakan," imbuhnya.
Baca Juga: Pemkab Klaten Bantah Tudingan Tak Sosialisasikan Rusun untuk Warga Pepe
Meski demikian Siti mendapatkan dukungan dari kepala desa di Kecamatan Ngawen. Dukungan tersebut mengalir tak hanya dari kepala desa aktif, melainkan juga datang dari mantan kepala desa di Kabupaten Klaten.
"Ya pada berdatangan, mengucapkan memberi semangat pada saya. Dari mana-mana, datang bergantian ke saya. Memberikan dukungan dan motivasi. Ikut merasakan, ikut prihatin kenapa hal itu bisa terjadi, menyayangkan," paparnya.
Ditanya apakah para kades tersebut berencana menjembatani pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Klaten. Siti enggan berbicara banyak. Saat ini ia lebih ingin fokus melayani masyarakat di desanya.
"Harapan saya ya penginnya dimusyawarahkan. Dari dulu minta seperti itu tapi belum pernah dikabulkan," pungkasnya.