bakabar.com, JAKARTA - Pemerintah mewanti-wanti jika tarif non-subsidi kemungkinan besar bakal naik pada pertengahan tahun ini, tepatnya April 2023.
Sebagai acuannya, pemerintah disebut tengah mengamati pergerakan kurs hingga harga minyak dunia sebelum menaikkan tarif listrik tersebut.
Mengantisipasi hal itu, Kementerian ESDM mendorong pengembang pembangkit listrik agar mengoptimalkan investasi pada peningkatan program bahan bakar pendamping batu bara. Atau bisa disebut dengan co-firing di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Baca Juga: Siap-Siap! Tarif Listrik Nonsubsidi Bakal Naik
Sebab, investasi yang minimalis pada program itu dinilai aman untuk menjaga besaran biaya pokok penyediaan (BPP) listrik yang mesti ditanggung pengembang.
Dengan demikian, tarif listrik yang diserahkan kepada konsumen relatif terjangkau di tengah komitmen transisi energi saat ini.
"Semisal nanti mempengaruhi harga atau BPP barangkali bisa kita Upaya kan bagaimana diakomodir di dalam PJBL. Sehingga listrik nanti harganya stabil," kata sekjen Ketenagalistrikan ESDM, Ida Nuryatin Finahari saat ditemui di Jakarta, dikutip Kamis (2/3).
Baca Juga: Dilantik Jadi Dirjen Ketenagalistrikan, Jisman Pastikan Tarif Listrik Stabil
ESDM juga nantinya akan memberikan kepastian terkait harga bahan bakar biomassa serta tarif jual listrik pengembang untuk menopang komitmen transisi energi tersebut.
“Teman-teman yang sudah melakukan investasi di pembangkitnya yang mengarah ke lebih green gitu ya bisa kita akomodir di dalam perpanjangan PJBL ini jadi pertimbangan ke depan untuk kita bahas,” terangnya.