Tokoh Inspiratif

Jejak Ridwan Saidi, dari Politisi hingga Tekuni Budaya Betawi

Budayawan Betawi, Ridwan Saidi, mengembuskan napas terakhirnya pada Minggu (25/12).

Featured-Image
Sosok Alm. Ridwan Saidi yang dijenal sebagai Budayawan Betawi. Foto: Suara.

bakabar.com, JAKARTA - Budayawan Betawi, Ridwan Saidi, mengembuskan napas terakhirnya pada Minggu (25/12). Kabar duka ini sebagaimana disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, melalui akun Twitter pribadinya.

"Innalillahi wainnailaihi raajiun. Kabar dr putra-putri beliau Bang Ridwan Saidi telah wafat pagi ini jam 08.35 WIB di RSPI Bintaro. Insya Allah husnul khotimah," tulisnya. 

Belasungkawa yang datang dari politisi berkacamata itu, boleh jadi, tak terlepas dari kedekatan antara keduanya. Fadli, yang mengaku sudah mengenal Ridwan sedari 30 tahun lalu, menganggap sang budayawan sebagai politisi kawakan.

Ya, Ridwan Saidi memang sempat menjajaki dunia politik. Sepak terjangnya di bidang ini bermula pada 1977, tatkala menjadi anggota DPR dari Fraksi PPP.

Selama sepuluh tahun, Ridwan menduduki kursi di Senayan. Dia juga menjabat Wakil Ketua Komisi APBM (1977-1982), Wakil Ketua Komisi X (1982-1987), Ketua Umum Partai Masyumi Baru (1995-2003), sampai Ketua Komite Waspada Komunisme.

Bermula dari Aktivis Mahasiswa

Ketertarikan Ridwan pada dunia politik, ternyata, bermula ketika dirinya kuliah di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan – sekarang FISIP – Universitas Indonesia (UI). 

Kala itu, pria kelahiran 2 Juli 1942 ini aktif dalam kegiatan keorganisasian. Dia pernah menjabat Kepala Staf Batalyon Soeprapto Arief Rahman Hakim (1966), Sekjen Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara (1973-1975), dan Ketua Umum PB HMI (1974-1976).

Ridwan juga pernah terlibat dalam kegiatan internasional. Di antaranya, White House Conference on Youth di Colorado, Amerika Serikat (1971); Australia-Indonesia Dialogue di Canberra, Australia (1981); hingga ASEAN Parliament Conference di Singapura (1983).

Berbekal pengalaman sebagai aktivis itulah, Ridwan berkecimpung di dunia politik selepas lulus kuliah. Namun, karier politiknya sempat terhenti pada 1987, saat tak lagi menjabat anggota DPR.

Di sela-sela waktunya itu, Ridwan memutuskan untuk memfokuskan diri dalam mengamati masalah-masalah kebudayaan Betawi.

Aktif Menggoreskan Pena

Ridwan mengisi masa 'pensiun' dari perpolitikan itu dengan menuangkan pemikirannya lewat goresan pena. Tepatnya pada 1992, dia mulai aktif menulis buku.

Buku yang dia tulis, di antaranya Golkar Pascapemilu; Anak Betawi Diburu Intel Yahudi; Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya; Status Piagam Jakarta: Tinjauan Hukum dan Sejarah; serta Fakta dan Data Yahudi di Indonesia.

Semasa hidup sebagai budayawan, Ridwan tak lekang dari kontroversi. Salah satunya, soal pernyataan dalam bukunya, Fakta dan Data Yahudi di Indonesia: Dulu dan Kini.

Dalam buku tersebut, Ridwan menyebut musisi Ahmad Dhani sebagai seorang Yahudi. Dia pun sempat dilaporkan ke polisi atas tulisannya itu. 

Akibat tulisan ini pula, suami Mulan Jameela itu mendapat kiriman teror berupa bom buku yang ditujukan ke Kantor Republik Cinta Management (RSCM) pada 15 Maret 2011 lalu. Teror bom buku itu lantas diledakkan oleh Tim Gegana Polri.

Terlepas dari kontroversi yang demikian, Ridwan Saidi membawa banyak peranan dalam budaya Betawi. Bagi segelintir orang, sosoknya pun terkenang sebagai politisi senior, pemikir, penulis, sastrawan, dan budayawan yang kerap wara-wiri di layar kaca.

Selamat jalan, Ridwan Saidi.

Editor


Komentar
Banner
Banner