News

Investor Gelisah Krisis Ukraina-Rusia, Wall Street Turun Tajam

apahabar.com, NEW YORK – Indeks-indeks utama Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Selasa (22/2) atau Rabu…

Featured-Image
Ilustrasi – Pialang di lantai New York Stock Exchange (NYSE) jelang penutupan perdaganan bursa saham di tengah wabah penyakit virus corona (Covid-19) di New York, AS. Foto-Reuters/Lucas Jackson via Antara

bakabar.com, NEW YORK – Indeks-indeks utama Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Selasa (22/2) atau Rabu (23/2) pagi WIB, dengan indeks S&P 500 mengkonfirmasi koreksi.

Wall Street jatuh karena investor gelisah terkait krisis Ukraina-Rusia di mana setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di negara itu dan memerintahkan pasukannya ke daerah tersebut.

Melansir Antara, Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 482,57 poin atau 1,42 persen, menjadi menetap di 33.596,61 poin. Indeks S&P 500 terpangkas 44,11 poin atau 1,01 persen, menjadi berakhir di 4.304,76 poin. Indeks Komposit Nasdaq tergelincir 166,55 poin atau 1,23 persen, menjadi ditutup di 13.381,52 poin.

Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumen nonprimer dan energi masing-masing merosot 3,04 persen dan 1,53 persen, memimpin kerugian.

S&P 500 berakhir turun lebih dari 10 persen dari rekor penutupan tertinggi 3 Januari. Koreksi dikonfirmasi ketika indeks ditutup 10 persen atau lebih di bawah level rekor penutupannya.

Indeks-indeks utama memangkas kerugian dan mengakhiri sesi terendahnya setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan gelombang pertama sanksi terhadap Rusia, sambil mengatakan dia berharap diplomasi masih tersedia.

Biden menambahkan bahwa Amerika Serikat tidak berniat memerangi Rusia. Dia mengatakan sanksi itu antara lain menargetkan bank-bank Rusia dan utang negara.

“(AS) akhirnya memberikan semua retorika ini, semua strategi ini, beberapa gigi. Ini adalah sesuatu yang membuat pihak lain merasa sakit dan saya pikir itu tepat,” kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma.

Sebelumnya pada Selasa (22/2) Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa aliansi percaya Rusia masih merencanakan serangan besar di Ukraina menyusul pengakuan Moskow atas dua wilayah separatis di timur bekas republik Soviet.

Inggris menerbitkan daftar sanksi dan Jerman membekukan proyek pipa gas Laut Baltik Nord Stream 2, yang akan secara signifikan meningkatkan aliran gas Rusia.

“Langkah-langkah yang diumumkan oleh Biden tidak sekeras yang dikhawatirkan beberapa investor,” kata Alan Lancz, presiden Alan B. Lancz & Associates Inc, sebuah perusahaan penasihat investasi yang berbasis di Toledo, Ohio.

Namun dia mengatakan efeknya kemungkinan sementara mengingat krisis Ukraina-Rusia belum berakhir.

Saham Home Depot Inc anjlok 8,9 persen setelah jaringan toko perbaikan rumah itu melaporkan penurunan margin laba kotor untuk kuartal liburan karena lonjakan biaya transportasi dan tenaga kerja.

Federal Reserve juga tetap menjadi fokus di Wall Street karena investor bertaruh pada pengetatan kebijakan agresif dari bank sentral AS.

Pasar keuangan AS ditutup pada Senin (21/2) untuk memperingati Hari Presiden.

Komentar
Banner
Banner