Hannover Messe 2023

Industri Permesinan dan EBT Indonesia Tampil di Hannover Messe 2023

Industri permesinan dan energi baru terbarukan (EBT) RI turut unjuk di pameran teknologi industri bergengsi Hannover Messe 2023.

Featured-Image
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier (kedua kanan) saat meninjau booth PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (YPTI) pada perhelatan Hannover Messe 2023 di Jerman. Foto: Kementerian Perindustrian

bakabar.com, JAKARTA - Industri permesinan dan energi baru terbarukan (EBT) RI turut unjuk di pameran teknologi industri bergengsi Hannover Messe 2023. Mereka yang terlibat di antaranya PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (YPTI) dan PT Giwang Kanaka sebagai co-exhibitor.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier yang turut hadir di Hannover, Jerman, menjelaskan soal fasilitas terhadap sejumlah pelaku industri nasional untuk ikut di Hannover Messe 2023 untuk memperkenalkan keunggulan teknologi, juga membuka peluang kerja sama antara perusahaan Indonesia dan Jerman.

"Salah satu contoh kerja sama adalah joint venture antara industri lokal PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (YPTI) dengan perusahaan Jerman Toolcraft AG," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (20/4).

Taufiek menambahkan, dukungan untuk industri di bidang EBT juga sejalan dengan komitmen pemerintah dalam menjaga keberlangsungan lingkungan serta upaya melaksanakan transisi energi.

Baca Juga: Produk Nilam Aceh Laku Keras di Ajang Hannover Messe Jerman

"Sesuai yang disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo di Hannover Messe, Indonesia menargetkan 23 persen sumber energi yang dihasilkan berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT) pada 2025, serta berencana untuk (mulai) menutup seluruh pembangkit listrik tenaga uap batu bara di tahun 2050. Beliau juga ingin memastikan bahwa transisi energi menghasilkan energi yang terjangkau bagi masyarakat kita," imbuh Taufiek.

Kedua perusahaan tersebut akan bekerja sama mengembangkan teknologi metal additive manufacturing untuk memenuhi kebutuhan sektor industri lainnya. Diharapkan, melalui kolaborasi itu, industri dalam negeri semakin produktif dan kompetitif.

Teknologi metal additive manufacturing itu meliputi proses laser metal deposition (LMD) dan proses laser metal fusion (LMF). Teknologi itu semakin banyak digunakan untuk menunjang industri pembuatan komponen mekanik yang kompleks dan presisi, seperti pada industri otomotif, pesawat, mold and die, serta pembuatan mesin dan alat kesehatan.

Direktur YPTI Petrus Tedja Hapsoro menjelaskan alih teknologi juga akan dilakukan di bidang robotik dan otomasi melalui joint venture tersebut. YPTI telah membuka dan membangun kerja sama dengan Toolcraft AG sejak 1999, khususnya dalam peningkatan kompetensi dan pengembangan teknologi, dengan salah satu faktor utamanya adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Baca Juga: Zemangat, Startup Teknologi asal Surabaya yang Ikut Pameran Hannover Messe 2023 di Jerman

"Untuk mendukung kerja sama ini, YPTI berkolaborasi dengan Politeknik ATMI Surakarta dalam rangka menyiapkan SDM yang siap dan mampu melalui program internship bagi mahasiswa dan para dosennya, sehingga dapat mengikuti perkembangan terkini yang ada di dunia industri manufaktur," tuturnya.

Sementara itu, Giwang Kanaka bermitra dengan SFC Energy Germany, menampilkan solusi energi listrik ramah lingkungan dengan menggunakan teknologi hydrogen fuel cell yang dapat diaplikasikan di berbagai sektor industri.

Teknologi tersebut menghasilkan sumber energi yang bersih (clean energy) sehingga dapat menggantikan bahan bakar fosil yang umum digunakan pada pembangkit listrik.

Selain itu, ditampilkan alat pemantau kualitas udara yang sumber energi listriknya menggunakan teknologi fuel cell berbahan bakar metanol. Alat pemantau kualitas udara ini diproduksi dan dikembangkan oleh tenaga ahli dari Indonesia.

Editor
Komentar
Banner
Banner