bakabar.com, TANJUNG – Penari Suluh Banua Tabalong tak lagi lenggak-lenggok di atas panggung. Pun dengan seniman musiknya, tak bisa unjuk kebolehan.
Pasalnya, selama pandemi Covid-19 nyaris tak ada pementasan. Sanggar seni itu benar-benar sepi job.
Sejak Maret hingga kini, hanya dua kali baru menerima job. Itu pun sudah lama.
Pertama, di acara acara Kadin. Lalu yang kedua saat acara Kampung Tangguh Banua. Itu pun jumlah penari dan durasi mereka tampil dibatasi.
Akibatnya, berdampak pula pada keuangan sanggar yang dikelola. “Sepinya job membuat penghasilan kas sanggar kosong, sehingga berimbas kepenghasilan penari dan pemusik di sanggar kami,” kata Dedy Rahnoni, Pimpinan Sanggar Suluh Banua, Sabtu (15/8).
Padahal, ungkap Dedy, dalam sebulan pihaknya menerima job dari instansi pemerintah dan swasta, hingga 4 kali. Artinya dalam sepekan sekali manggung.
Kini, untuk Hari Jadi Kabupaten Tabalong pun belum ada kepastian, apakah mendapat job atau tidak. “Kita juga belum dikontak panitia, apakah akan tampil atau tidak. Biasanya bulan ini sudah diberi tahu,” ujar Dedy.
Dedy menyebutkan, setiap tampil para penari biasanya mendapatkan insentif mulai Rp100-200 ribu. “Tapi karena kita sepi job penghasilan mereka pun juga tidak ada,” jelas Dedy.
Belum lagi saat ini untuk perawatan perlengkapan dan kostum. Semunya membutuhkan uang tak sedikit, dan terpaksa mengeluarkan kocek pribadi.
Jika ini terus terjadi, Dedy khawatir tidak sanggup lagi merawatnya. “Kami berharap pandemi ini cepat berlalu, sehingga perekonomian kita mulai menggeliat kembali. Kalau pun masih, kita harapkan ada job buat anak-anak, meski menerapkan protokol kesehatan,” harapnya.
Sekadar diketahui, Sanggar Seni Suluh Banua dibentuk tahun 2009. Saat ini anggotanya 30 orang, baik anak-anak maupun dewasa. Sedangkan pemain musik panting 20 orang.
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin