bakabar.com, JAKARTA - Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PKS, Suryadi Jaya Purnama mengkritik keras pemerintah untuk tidak terlalu jumawa dengan adanya kereta whoosh.
Sebab menurutnya, pemerintah masih kurang memperhatikan kereta konvensional karena terfokuskan dengan adanya kereta cepat Whoosh.
“Peringatan keras kepada Pemerintah agar jangan terlalu jumawa dengan beroperasinya kereta cepat Whoosh,” kata Suryadi kepada bakabar.com, di Jakarta, Sabtu (6/1).
Baca Juga: [VIDEO] Tabrakan Kereta Bandung Raya dan KA Turangga
“Sebab beroperasinya kereta cepat Whoosh bukan tanda suksesnya Pemerintah di sektor perkeretaapian, karena masih ada utang jumbo yang harus dibayar,” sambungnya.
Sementara itu, imbuhnya, di sisi lain kereta konvensional juga masih perlu perhatian dan anggaran karena mayoritas pengguna kereta api masih menggunakan kereta api konvensional.
“Sedangkan di sisi lain kereta konvensional juga masih perlu perhatian dan anggaran karena mayoritas pengguna kereta api masih menggunakan kereta api konvensional,” jelasnya.
Baca Juga: Sulit! Evakuasi Korban Tewas KA Turangga Terhalang Gerbong
Suryadi juga mengingatkan kepada Pemerintah khususnya Kemenhub, bahwa peristiwa ini adalah kecelakaan besar kedua dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan, setelah beberapa bulan lalu terjadi kecelakaan antara Kereta Api Argo Semeru dan Kereta Api Argo Wilis di Yogyakarta.
Sebelumnya, Terjadi kecelakaan Kereta jarak jauh dengan kereta lokal Bandung alias Commuter Line. KA Turangga tujuan Bandung di petak stasiun Cicalengka-Haurpugur, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengirimkan tim untuk menindaklanjuti dan mengevakuasi korban terkait insiden kecelakaan kereta api di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat pagi.
Baca Juga: KA Turangga vs KA Bandung Raya, Kemenhub Minta Maaf
"Guna menindaklanjuti dan mengevakuasi korban dari insiden ini, DJKA telah mengirimkan tim teknis untuk mengamankan lokasi kejadian," kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal dalam keterangannya di Jakarta.