Tragedi Mina

Ibadah Haji Penuh Luka: Tragedi Mina 1990 dan Tragedi Mina 2015

Musim haji 1990 dan 2015, memiliki kisah kelam. Dua tahun itu, ibadah haji penuh dengan air mata duka di tragedi Mina.

Featured-Image
Tragedi memilukan Mina 2015. Ratusan jamaah haji meninggal dunia akibat jatuhnya crane besar. Foto: Wikipedia

bakabar.com, JAKARTA – Musim haji 1990 dan 2015, memiliki kisah kelam nan memilukan. Dua tahun itu, ibadah haji penuh dengan air mata duka di tragedi Mina.

Sejak tahun 1990, kota Mina selalu menimbulkan duka dan kesedihan di tengah sakralnya ibadah haji. Beragam kejadian yang menewaskan ratusan hingga ribuan orang sering terjadi di Mina. Ada delapan peristiwa yang menelan korban dari puluhan hingga ribuan orang di kota bersejarah bagi umat Islam tersebut. apahabar merangkumnya sebagai berikut:

Tragedi Mina 1990

Tragedi besar pertama terjadi pada 2 Juli 1990. Saat itu sekitar 1.426 jamaah haji dikabarkan tewas karena kesulitan bernapas dan terinjak-injak di dalam Terowongan Mina. Kota Mina terletak di antara Kota Mekah dan Muzdalifah, sekitar 4 km dari Masjidil Haram dan 7 km dari Muzdalifah.

Mina merupakan tempat bagi Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Terowongan Mina atau disebut juga Terowongan Haratul Lisan merupakan akses pejalan kaki yang membentang di bawah pegunungan bagi para jamaah yang akan melaksanakan lempar jumrah.

Tahun 1990, jumlah jemaah haji tak dibatasi. Tahun itu adalah rekor tertinggi jumlah jamaah haji, yaitu sebanyak 81.242 jamaah. Tragedi ini bermula ketika ada tujuh jemaah haji yang jatuh dari jembatan penyeberangan yang pagarnya rusak. Persis di bawah jembatan tersebut adalah Terowongan Mina. 

Melihat ada jemaah yang jatuh, jemaah haji yang berada di terowongan menjadi panik. Sebagian orang berhenti secara mendadak, sementara ribuan jemaah lainnya tetap berusaha masuk ke terowongan. Cuaca di luar dalam kondisi panas ekstrem dengan suhu mencapai 44 derajat celcius. Keadaan di dalam menjadi parah karena ventilasi yang buruk dan blower terowongan yang mati.

Baca Juga: Jemaah Haji Debarkasi Solo Meninggal Bertambah Menjadi 100 Orang

Mereka yang di luar tak tahu apa yang terjadi di dalam dan terus berusaha masuk. Sementara di dalam korban mulai berjatuhan.  Seorang jemaah asal Sudan yang selamat bercerita pada The Washington Post, “Kami terjebak di dalam, tidak dapat bergerak maju atau pun mundur. Ada petugas yang melemparkan karung berisi air es, lalu kami ambil untuk mengatasi panas dan kehausan. Tidak ada ventilasi dan jumlah jamaah di terowongan terus bertambah setiap detik.”

Tragedi Mina 1994

Peristiwa ini terjadi pada 23 Mei 1994 di Al Jamarat, masih di Mina, yaitu saat jemaah haji melakukan ritual melempar jumroh. Jamarat adalah tempat para jamaah haji " melempar setan." Ada tiga lokasi pilar yang letaknya berdekatan satu sama lain dalam garis lurus di Mina. Masing-masing pilar bernama Ula, Wustha dan Aqabah.

kabah-4
Pakai ilustrasi jemaah haji. Foto-Poskotanews.com

Desak-desakan tak bisa dihindari di tengah padatnya jemaah haji. Dalam insiden yang terjadi selama 27 menit di Al Jamarat itu tercatat 251 jemaah meninggal dunia, dan 51 di antaranya berasal dari Indonesia. 

Tragedi Mina 1997

Peristiwa kali ini adalah kebakaran besar yang terjadi di perkemahan jemaah haji di Mina. Sebanyak 343 calon haji meninggal dunia akibat kebakaran di perkampungan tenda di Mina pada 15 April 1997, dan lebih dari 1.500 orang cedera.

Dari hasil penyelidikan diketahui kebakaran terjadi karena tabung gas yang meledak. Api yang membesar menjalar dan membakar sekitar 70 ribu. Asap pekat menyelimuti Mina. Udara yang panas dan sesak membuat banyak jemaah tak mampu bertahan. 

Tragedi Mina 1998

Tahun ini tragedi kembali terjadi di Jamarat. Tragedi terjadi di jalan menanjak, di mana ada jemaah yang kelelahan dan terjatuh. Mereka yang terjatuh terinjak-injak dan akhirnya tewas. Jumlah korban meninggal dunia sebanyak 119 orang.

Tragedi Mina 2001

Aksi berdesakan di Jamarat kembali menelan korban. Sekitar 46 orang jemaah laki-laki dan perempuan meninggal dunia akibat bersesakan dan saling dorong. Jumlah jemaah haji yang mencapai ratusan ribu dalam setiap pelaksanaan ibadah haji membuat kejadian sekecil apapun berpotensi menimbulkan korban jiwa. 

Baca Juga: Delapan Jemaah Haji Kabupaten Magelang Meninggal di Mekkah

Tragedia Mina 2004

Jemaah haji yang tewas karena berdesak-desakan saat melakukan lempar jumrah di Jamarat kembali terjadi pada 1 Februari 2004. Kali ini jumlah korban kembali mencapai 200an. Sekitar 251 jemaah haji dilaporkan tewas, dan 200 lainnya luka-luka. 

Tragedi Mina 2006

12 Januari 2006, kota Mina kembali memakan korban. Kali ini konon disebabkan oleh koper jemaah haji yang terjatuh dari sebuah bus yang melintas. Jemaah yang tertimpa koper terpaksa berhenti. Akibatnya ribuan jemaah yang berada di belakangnya terhambat dan saling desak dan saling tindih kembali terjadi. Setidaknya 345 jemaah haji menjadi korban dalam insiden ini.

Tragedi Mina 2015

Tragedi besar berikutnya terjadi pada 2015. Tahun ini bisa disebut sebagai tahun penuh cobaan bagi jemaah haji yang sedang melakukan ibadah. Ada empat hal yang menjadi catatan penting bagi jemaah haji di tahun tersebut, yaitu tragedi Mina, crane yang roboh, badai pasir, dan suhu udara yang mencapai 50 derajat celcius.  Namun jatuhnya crane dan tragedi Mina kedua, adalah kejadian yang paling banyak menimbulkan korban jiwa pada ibadah haji tahun 2015. 

Pada tanggal 11 September 2015, sebuah mesin crane besar jatuh di Masjidil Haram, kompleks yang mencakup Ka'bah. Kecelakaan itu terjadi karena adanya badai angin dan hujan deras yang tidak terprediksi sebelumnya. 

Crane tersebut jatuh ke area yang ramai dengan jamaah haji yang sedang berada di Mina. 108 jemaah haji dikabarkan meninggal dunia, dan 238 lainnya mengalami luka-luka. 

Kasus crane belum selesai, hanya berselang 13 hari kemudian, pada puncak haji 24 September 2015, insiden mengerikan saling desak kembali terjadi. Ratusan korban menimpa para jamaah haji saat itu. Dampaknya sangat mengerikan, korban tewas jauh lebih bayak dibanding Tragedi Mina tahun 1990. 

Jemaah haji di Mina. Sumber - Islamic City
Jemaah haji di Mina. Sumber - Islamic City

Menurut laporan dari otoritas Saudi Arabia, tragedi ini menewaskan 769 orang dan 900 orang luka-luka. Tapi Associated Press menyampaikan korban tewas mencapai 2.411 orang tewas, sementara Agence France-Presse melaporkan 2.236 orang tewas. Jumlah ini dicatat dari laporan setiap negara yang menyatakan jumlah korban dari negaranya masing-masing.  Melansir dari National Geographic Indonesia, tercatat sebanyak 11 korban jamaah asal Indonesia yang meninggal dan 42 orang lainnya luka-luka.

Tragedi Mina 2015 kemudian menimbulkan kecaman dan keprihatinan di seluruh dunia. Banyak negara dan organisasi internasional menyerukan peningkatan langkah-langkah keamanan dan keselamatan selama perjalanan haji guna mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.

Desakan internasional ternyata berpengaruh. Sejak tragedi Mina tahun 2015, pemerintah Arab Saudi telah melakukan berbagai upaya perbaikan dan langkah-langkah keselamatan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Beberapa langkah yang diambil antara lain:

1. Peninjauan Infrastruktur

Pemerintah Arab Saudi melakukan peninjauan menyeluruh terhadap infrastruktur di Mina dan area sekitarnya. Mereka memperbaiki dan memperkuat bangunan serta fasilitas yang digunakan selama musim haji untuk memastikan keselamatan jamaah.

Baca Juga: Hilang 12 Hari, Jemaah Haji Probolinggo Meninggal Dunia di Mina

2. Perbaikan Sistem Pengawasan

Sistem pengawasan dan manajemen keamanan ditingkatkan dengan memasang lebih banyak kamera pengawas dan teknologi terkait di sekitar Masjidil Haram dan kompleks Mina. Tujuannya adalah untuk mendeteksi potensi bahaya atau kerumunan massa yang berpotensi membahayakan keselamatan jemaah.

3. Peningkatan Sistem Peringatan Dini

Pemerintah Arab Saudi telah meningkatkan sistem peringatan dini mereka untuk mengantisipasi dan menghadapi ancaman cuaca buruk, termasuk angin kencang dan hujan deras. Hal ini membantu mereka mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan, seperti menutup area yang berisiko jika cuaca buruk terjadi.

4. Pelatihan Personel

Personel keamanan dan petugas haji menerima pelatihan intensif dalam penanganan darurat, pertolongan pertama, dan evakuasi. Hal ini meningkatkan kemampuan mereka dalam merespons keadaan darurat dengan cepat dan efektif.

5. Pembatasan Jumlah Jemaah

Pemerintah Arab Saudi juga membatasi jumlah jemaah haji yang diterima setiap tahun untuk mengurangi risiko kecelakaan dan kerumunan massa. Hal ini dilakukan agar setiap jemaah dapat dilayani dengan baik dan aman.

Upaya perbaikan dan langkah-langkah keselamatan yang diambil pemerintah Arab Saudi merupakan bagian dari komitmen mereka untuk melindungi jemaah haji dan memastikan pelaksanaan ibadah haji berjalan dengan lancar dan aman.

Editor


Komentar
Banner
Banner