Hilirisasi Industri Mineral

Hilirisasi Industri, Kemenko Marves: Berkontribusi Positif bagi Ekonomi

Kebijakan pemerintah terkait hilirisasi industri mempunyai dampak yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonsia.

Featured-Image
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (6/4/2023). Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Kebijakan pemerintah terkait hilirisasi industri mineral mempunyai dampak yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi & Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto menyebut banyak daerah yang mengalami manfaat dari kebijakan hilirisasi tersebut.

"Kalau kita lihat dari penciptaan lapangan kerja ini juga cukup signifikan. Di Weda Bay, Obi, Morowali dan Konawe itu jumlah tenaga kerjanya mencapai puluhan ribu. Gaji mereka pun rata-rata jauh di atas UMR. Jadi saya kira kontribusi dari sisi ekonomi real ada penciptaan lapangan kerja cukup signifikan," ujar Septian Hario Seto dalam diskusi Untung Rugi Larangan Ekspor Mineral Mentah yang digelar virtual pada Senin (12/6).

Selain itu, Septian mengungkapkan kebijakan hilirisasi telah memberikan dampak postif terhadap peningkatan ekspor yang kemudian mampu menciptakan surplus neraca perdagangan.

Baca Juga: Terus Kembangkan Hilirisasi Nikel, Pemerintah Alami Sejumlah Kendala

"Saya kira ini sesuatu yang cukup menarik sejak dua tahun terakhir, karena peningkatan ekspor yang cukup signifikan dari hilirasasi ini. Ini membantu terciptanya surplus neraca perdagangan dan current account," kata Septian.

Di sisi lain, ia menegaskan kebijakan hilirisasi industri telah memberikan kontribusi yang besar terhadap stabilitas ekonomi makro dan kurs Rupiah Indonesia.

"Jadi ini sangat penting untuk stabilitas dari kurs Rupiah kita dan indikator makro ekonominya. Kontribusinya dari segi stabilitas makro ini sangat besar," ujarnya.

Terkait efek positif bagi industri di dalam negeri, kebijakan tersebut ternyata mampu menumbuhkan investasi baru seperti hadirnya industri baja (stainless steel), kendati para investornya kebanyakan berasal dari luar negeri.

Baca Juga: Kebijakan Stop Ekspor Bauksit Dinilai Tak Mendorong Hilirisasi

"Kalau kita lihat untuk industri besi baja yang dari nikel, sudah banyak tumbuh investasi baru dalam negeri walaupun investornya sebagian besar adalah asing," papar Septian.

Hal itu, kata Septian sebagai langkah yang baik karena sebelumnya Indonesia masih mengimpor stainless steel. "Jadi neraca perdagangan kita untuk stainless steel ini mengalami defisit. Dengan adanya industri stainless steel yang tumbuh, ini neraca perdagangannya bisa membaik," terangnya.

Selain industri stainless steel, industri baja karbon (carbon steel) juga mulai bertumbuh di Indonesia sehubungan hadirnya program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah.

"Di sisi lain, ada juga dari carbon steel ini juga ikut tumbuh di Indonesia. Memang yang menjadi PR adalah integrasi ke arah hilir yang lebih lanjut. Jadi kalau stainless steel mungkin lebih ke aplikasinya, misalnya untuk jarum suntik, sendok dan garpu. Ini yang sebenarnya menjadi target kita untuk bisa menarik investasi lebih lanjut," papar Septian.

Editor
Komentar
Banner
Banner