bakabar.com, JAKARTA, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim angkat bicara soal kenaikan harga bawang putih. Salah satu penyebabnya karena faktor cuaca.
"Dikarenakan dampak berlangsungnya musim dingin yang berkepanjangan. Sehingga produksi dan kualitas panen bawang putih yang menurun," kata Isy kepada bakabar.com, Senin (24/7).
Kendati demikian, ia menegaskan bahwa pemerintah berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan produksi di dalam negeri. Hanya saja,upaya tersebut akan memakan waktu relatif lama.
Untuk saat ini, katanya, produksi bawang putih dalam negeri masih belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. Besarannya hanya mampu memenuhi kurang dari 10% kebutuhan nasional.
Baca Juga: Harga Bawang Putih Meroket, DPR RI: Ada Peran Kartel
"Kita semua harapkan yaitu pemenuhan kebutuhan secara mandiri melalui produksi dalam negeri," ujarnya.
Menurut Isy, faktor lainnya adalah melonjaknya harga pupuk dan obat-obatan yang digunakan untuk membantu perkembangan bawang putih. Akibatnya, berdampak dari tren kenaikan harga di negara eksportir sejak awal tahun 2023.
"Tren tersebut baru mulai berangsur stabil pada pertengahan tahun," imbuhnya.
Berdasarkan neraca Badan Pangan Nasional (Bapanas), papar Isy, stok bawang putih pada akhir Juni masih cukup untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Baca Juga: Harga Bawang Putih Naik, Jember Impor dari India dan Cina
Isy melanjutkan, impor bawang putih yang akan berlangsung sepanjang tahun bertujuan sebagai tambahan stok. Hal itu diperlukan untuk sebagai langkah antisipasi ketika stok berkurang.
"Diharapkan stok bawang putih masih akan tersedia hingga akhir tahun dan dapat menjadi stok carry over di tahun berikutnya," jelasnya.
Hari ini, komoditas pangan seperti bawang putih mengalami kenaikan harga. Hal itu bisa dilihat dari data panel harga pangan yang dilansir oleh website Badan Pangan Nasional (Bapanas), Senin (24/7).
Kenaikan harga bawang putih telah melanda beberapa daerah dalam beberapa minggu terakhir. Harga bawang putih termahal ditemukan di Kabupaten Dogiyai, Papua dengan harga Rp70.000 per kilogram. Adapun, harga yang termurah dipatok Rp25.000 per kg di Kota Bandar Lampung.