bakabar.com, AMMAN – Sejak konflik dan krisis Suriah dimulai, Yordania menjadi salah satu destinasi bagi ribuan bahkan jutaan pengungsi yang lari dari gempuran rudal dan roket. Sebelah utara Yordania memang bersisian langsung dengan Suriah. Garis batasnya memanjang ribuan kilometer, membuka kesempatan bagi para pengungsi Suriah yang mencari dan membutuhkan suaka.
Kini sudah memasuki tahun ketujuh bagi warga Yordania dan pengungsi Suriah hidup berdampingan. Keduanya saling berbagi peruntungan demi bisa menyambung hidup. Namun, tak semua pengungsi mampu meraih kesempatan, terutama untuk memiliki pekerjaan. Bahkan di Amman, ibu kota di Yordania, yang rata-rata ekonominya mulai stabil, ada banyak pengungsi Suriah yang hampir tidak memiliki masa depan.
Merunut cerita yang didapat mitra Global Qurban di Yordania, pengungsi Suriah yang datang dan menetap di Yordania memiliki banyak harapan, selain untuk mengamankan diri dari konflik dan krisis berkepanjangan. Salah satunya ialah bisa menjalani hidup lebih baik. Seperti Jumana Alabdaly (30), seorang pengungsi Suriah yang mengungsi di Distrik Amman, Kegubernuran Amman, Yordania.
Jumana mengaku datang ke Jordan bersama tiga anaknya. Suaminya telah meninggal dunia saat konflik berkecamuk di Suriah. Hidup sebagai pengungsi yang harus menghidupi anak-anaknya, membuat Jumana harus bekerja sebagai pelayan toko. Itu pun upah yang Jumana dapat belum bisa membiayai kebutuhan sehari-hari sepenuhnya.
"Satu anak saya menderita malnutrisi dan sangat membutuhkan banyak perawatan dan pendampingan agar bisa sembuh. Tinggal di Yordania, saya berharap, kami semua punya kehidupan yang lebih baik, meski tidak mudah," cerita Jumana pada Iduladha 1439 Hijriyah lalu.
Tak hanya Jumana, satu pengungsi Suriah lain juga mengisahkan cerita serupa. Raghad Al Homsi (33) juga memilih Distrik Amman menjadi tempat yang aman untuk mengungsi. Raghad masih memiliki suami, tetapi menderita disabilitas pada kaki. Akibatnya, sang suami yang tidak bisa berjalan, juga tidak mampu bekerja untuk menafkahi keempat anaknya.
"Sekarang kami tinggal di rumah keluarga suami, yang jumlah anggota keluarganya sudah cukup banyak. Kami berharap di sini (Yordania) kami dapat memperoleh bantuan, baik makanan, pakaian, maupun layanan kesehatan," kata Raghad seperti ditulis ACT.
Bersamaan dengan diperolehnya cerita mereka, Iduladha 1939 Hijriyah lalu, Global Qurban sekaligus kembali membawa amanah kurban dari Indonesia untuk para pengungsi Suriah di Yordania. Sekitar 600 pengungsi Suriah yang menerima daging kurban, tak terkecuali untuk Jumana dan Raghad yang mengungsi di Distrik Amman.
"Kalian sudah memberi kami daging kurban untuk merayakan Iduladha. Kami sangat senang karena kami tidak mampu membeli daging dalam kurun waktu yang cukup lama. Terima kasih," ungkap Raghad.
Tujuh tahun berjalan, banyak pengungsi Suriah yang sudah membangun hidupnya di Yordania. Berdasarkan data UNHCR yang dirilis pada Februari 2019 kemarin, jumlah pengungsi Suriah di Yordania ada sebanyak 671.579 jiwa. Sebagian besar dari jumlah tersebut tinggal di Amman, ibu kota di Yordania.
Seiring dengan jumlah populasi pengungsi Suriah yang relatif bertahan, Global Qurban berencana akan kembali ke Yordania dengan membawa kebaikan kurban. Insya Allah, Iduladha mendatang akan ada lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang berkurban, lalu daging kurbannya diberikan kepada para pengungsi Suriah di Yordania.
Baca Juga:ACT bersama 5 NGO Internasional Raih Penghargaan dari Pemerintah Sigi
Baca Juga:ACT Akan Sebarkan Hewan Kurban Hingga Ethiopia
Editor: Syarif