bakabar.com, JAKARTA - Tumbang di Suriah, sel jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) masih aktif di Indonesia. Bahkan menyasar pegawai-pegawai pemerintahan. Lantas, bagaimana membendungnya?
Densus 88 baru saja menangkap seorang karyawan PT KAI bernama Dananjaya Erbening. Pemuda 32 tahun itu merupakan seorang petugas langsir di salah satu stasiun Jakarta.
Hasil penyelidikan Densus 88, Dananjaya selama 13 tahun lamanya belajar dan terafiliasi dengan kelompok terorisme Negara Islam Suriah dan Irak itu.
Baca Juga: Densus 88: Terduga Teroris Niat Serang Mako Brimob hingga TNI
Tepat 2014 silam atau dua tahun sebelum bergabung ke PT KAI, Dananjaya berbaiat ke pemimpin ISIS, organisasi Islam fundamentalis yang kini dipimpin Hafsan al-Hashimi al-Qurashi.
Selama kurun waktu itu, Dananjaya aktif menyebar propaganda lewat media sosial. Salah satu caranya dengan mengunggah imbauan atau ajakan melakukan aksi terorisme.
Baca Juga: Densus 88 Sita Senjata hingga Ratusan Peluru Milik Teroris di Bekasi
Densus 88 melihat belakangan Dananjaya makin berhasrat menyebarluaskan ajakan melakukan aksi amaliah khas ISIS ke masyarakat. Mereka turut menemukan fakta DE merupakan admin dan pembuat beberapa channel Telegram Arsip Film Dokumenter dan Breaking News yang merupakan channel update teror global dalam bahasa Indonesia.
Sejumlah bukti lalu dikantongi Densus 88 bahwa Dananjaya merencanakan aksi amaliah atau penyerangan ke Markas Komando Brimob dan Markas TNI.
Pakar terorisme Al-Chaidar kemudian melihat ISIS adalah gerakan ideologis yang susah hilang. Mereka akan tetap bertahan meskipun kekhalifahan ISIS di Suriah sudah berakhir.
Baca Juga: Densus 88 Tangkap Teroris Terafiliasi ISIS di Bekasi, Sita Senjata Rakitan
"Bagi mereka jihad adalah peluang, sebuah pintu sebagai wahana yang dulunya tertutup cukup lama," jelas akademisi Universitas Malikussaleh tersebut kepada bakabar.com.
Ia meyakini jaringan ISIS takkan berhenti bergerak ke seluruh pelosok negeri sebelum para pemimpin mereka menghentikan seruan 'jihad'.
"Jika pemimpin mereka di Suriah tidak menyatakan ditutup [organisasi ISIS] selama-lamanya, jihad mereka tidak akan berakhir," jelasnya.
Lantas apa yang perlu dilakukan Densus 88 untuk menangkal penyebaran paham dan ideologi ISIS di Indonesia?
Penangkapan kelompok Jemaah Ansharut Daulah atau JAD, menurutnya masih cara tindakan yang efektif. Terlebih pasca-teror bom Makassar 2021, JAD menjadi satu sel aktif terorisme yang berafiliasi dengan ISIS. Lebih jauh, Al-Chaidar memandang perlu program kontra-wacana terorisme secara akademik.
Baca Juga: Pernyataan Polri Janggal, ISESS Pertanyakan Anggota Polri Tak Terlibat Jaringan Terorisme
"Memang belum ada contoh yang tepat. Tapi proses disengagement [deradikalisasi] yang dialami oleh Abu Tholut adalah proses kontra wacana yang efektif," jelasnya.
Terkait penangkapan Dananjaya yang merupakan seorang pegawai PT KAI, Al-Chaidar tak kaget. "Dulu juga banyak ISIS-er yang dari BUMN," jelasnya.