bakabar.com, JAKARTA - Sejumlah warga Flores melakukan aksi di depan Kedubes Jerman di Jakarta pada Rabu (9/8) menolak proyek geothermal di Poco Leok, Flores, NTT.
Proyek geothermal di Poco Leok merupakan perluasan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Ulumbu yang beroperasi sejak tahun 2012 lalu. Proyek yang dikerjakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), dengan pendanaan Bank Jerman Kreditanstait für Wiederaufbau (KfW).
Dalam aksinya warga mendesak Bank KfW untuk segera mengevaluasi dan menghentikan pendanaan transisi energi di Indonesia, baik untuk keseluruhan proyek geothermal di pulau Flores, maupun secara khusus untuk perluasan proyek tambang panas bumi Ulumbu ke Poco Leok.
Baca Juga: Proyek Geothermal Gunung Gede Cianjur Mencurigakan!
Dalam aksinya, Ketua tokoh adat diaspora Manggarai Fabianus Siprin menjelaskan mayoritas warga Poco Leok bergantung di sektor pertanian dan perkebunan. Sehingga keberadaan PLTP tersebut jelas menjadi ancaman serius bagi warga.
"Operasi tambang panas Bumi ini sumber mata air warga juga menjadi ancaman serius, dan juga berada di tanah adat kami," terang Fabianus, Rabu (9/8).
Selain itu, menjual lahan kepada perusahaan akan berdampak pada kehilangan ruang pangan dan pekerjaan, hingga pada akhirnya akan menimbulkan kemiskinan dan alih profesi. Khusus alih profesi, menurut Fabianus, bukan perkara mudah.
Baca Juga: [FOTO] Aksi Warga Flores Tolak Tambang Geothermal
"Tanah adalah rahim dan ruang hidup kami, wajib dijaga hingga ke generasi berikutnya," imbuhnya.
Operasi tambang panas bumi itu, ujar Fabianus, dekat dengan sumber mata air warga sehingga menjadi ancaman yang serius. Lokasi wellpad G, misalnya, hanya berjarak sekitar 100 meter dari sumber mata air Wae Nobak. Adapun Wae Lapang, jaraknya tidak terlalu jauh dari Wae Sower, Wae Kilo Manuk, Wae Lanteng, dan Wae Ruka.
"Tambang panas Bumi yang rakus air dan potensi panas yang berada di perut Bumi dipaksa keluar dengan menyemburkan air dan zat kimia, maka itu kami menolak keras" tutupnya.