LIFESTYLE

Gerhana Bulan Terjadi, Benarkah Tak Boleh Mandi? Ini Deretan Mitos terkait 'Blood Moon'

Meskipun gerhana bulan sudah ada penjelasan ilmiahnya, tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia masih mempercayai sederet mitos terkait gerhana bulan.

Featured-Image
Mitos seputar fenomena gerhana bulan

bakabar.com, JAKARTA - Hampir seluruh wilayah Indonesia bakal menyaksikan gerhana bulan total pada hari ini, Selasa (8/11). Puncak dari fenomena 'blood moon' itu diperkirakan terjadi sekira pukul 18.00 WIB.

Dilansir dari sampoernaacademy, gerhana bulan merupakan fenomena ketika bulan ditutupi oleh bayangan bumi, entah itu sebagian maupun keseluruhan. Peristiwa ini terjadi saat bumi berada di antara matahari dan bulan.

Meskipun gerhana bulan sudah ada penjelasan ilmiahnya, tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia masih mempercayai sederet mitos terkait gerhana bulan.

Lantas, takhayul apa sajakah yang kiranya masih tumbuh subur di tatanan sosial Indonesia? Merangkum berbagai sumber, berikut ulasannya:

1. Dilarang Mandi

Orang-orang zaman dulu percaya bahwa saat gerhana bulan total terjadi, maka tidak diperbolehkan mandi. Konon, membasuh tubuh saat blood moon bisa berdampak buruk untuk kesehatan.

Nyatanya, secara ilmiah, belum ada bukti konkret yang membenarkan mitos tersebut. Dampak buruk dari mandi pada saat gerhana bulan hanyalah takhayul belaka.

Baca Juga: 5 Kota dengan Biaya Hidup Termurah di Indonesia

2. Pukul Lesung

Tradisi pukul lesung ini tak jarang dilakukan pada sebagian masyarakat di Tanah Jawa untuk menyambut gerhana bulan. Mereka mempercayai bahwa gerhana itu terjadi karena ada makhluk raksasa, Batara Kala namanya, sedang menelan bulan.

Supaya bulan 'dimuntahkan' kembali, mereka pun memukul lesung sebagai simbol agar Batara merasa mual. Sebab, jika sang raksasa tidak muntah, diyakini bulan nihil keluar kembali.

3. Pukul Kentong atau Gong

Serupa dengan masyarakat Jawa, suku Dayak juga harus memukul kentong atau gong pada saat gerhana bulan.

Menurut penduduk setempat, saat gerhana bulan terjadi, mahluk gaib bernama Ruhu sedang menelan bulan, lalu suku Daya mengeluarkan bulan kembali dengan memukul kentongan atau gong.

Baca Juga: Kemeriahan Parade Kebaya Goes to UNESCO di Bundaran HI Jakarta

4. Tradisi Dolo-Dolo

Dolo-dolo biasanya dilakukan oleh masyarakat Tidore. Serupa dengan suku Dayak dan Jawa, tradisi ini berupa memukul kentong.

Masyarakat Tidore percaya bahwa dengan memukul kentongan dari bambu, bulan bisa kembali dikeluarkan oleh mahluk yang menelannya.

5. Membuat Nasi Liwet

Tradisi ini dilakukan masyarakat Jawa kepada ibu yang sedang hamil. Liwetan dimulai dengan menanak nasi oleh si ibu hamil ataupun kerabatnya.

Mitosnya,  makhluk gaib raksasa dan buto ijo bakal memangsa janin para ibu hamil saat gerhana bulan terjadi. Dengan liwetan, dipercayai bisa mengusir makhluk gaib raksasa dan buto ijo.

Itulah deretan mitos yang dipercayai oleh masyarakat Indonesia saat gerhana bulan terjadi. Percayakah Anda dengan salah satu takhayul di atas? (Daffa Aldi)

Editor


Komentar
Banner
Banner