Industri Kelapa Sawit

GAPKI Optimistis Industri Sawit Berkembang Seiring Pasar yang Terbuka

GAPKI optimististis prospek industri sawit nasional ke depan tetap positif mengingat permintaan komoditas itu di pasar global akan tetap tinggi.

Featured-Image
Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI. Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) optimististis prospek industri sawit nasional ke depan tetap positif mengingat permintaan komoditas itu di pasar global tetap tinggi.

Ketua Bidang Komunikasi GAPKI Tofan Mahdi di Medan, Rabu (8/2) menjelaskan upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga keberlangsungan industri minyak sawit Indonesia adalah dengan memperhatikan aspek kebijakan

"Untuk menjaga keberlangsungan industri minyak sawit Indonesia ada satu aspek terpenting yang perlu diperhatikan yaitu kebijakan," ujar peneliti pada Paramadina Public Policy Institute ini.

Menurut Tofan, bukan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) yang rendah yang bisa menghancurkan industri sawit. Kalaupun bisa, perlu waktu lama karena harga selalu fluktuatif.

Baca Juga: GAPKI tak Ambil Pusing soal Aturan Eropa tentang Impor Minyak Sawit

"Tidak mungkin turun terus, pasti ada titik untuk naik," terangnya.

Tofan menambahkan, "Tetapi kebijakan yang keliru dalam menata industri minyak sawit, bisa menghancurkan industri strategis ini dalam waktu sekejap."

Tofan juga mengungkapkan peran strategis sawit dalam perekonomian. Menurutnya, sumbangan devisa ekspor minyak sawit mencapai rekor tertinggi dalam sejarah, khususnya di tahun 2022.

“Lihatlah saat pandemik tahun 2020 lalu, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah yang paling rendah dibandingkan negara-negara lain, bahkan lebih baik dari negara maju,” ungkap Tofan.

Baca Juga: Penuhi Pasar Global, Indonesia Siap Bangun Reputasi Sawit Berkelanjutan

Tofan mengatakan, Nilai devisa ekspor mencapai 39 miliar dolar AS atau hampir Rp600 triliun.  Devisa ekspor yang tinggi inilah yang menopang stabilitas nilai tukar rupiah terhadap valuta asing khususnya dolar AS. 

“Rasanya berat membayangkan ekonomi Indonesia tanpa industri sawit,” tandasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner