bakabar.com, JAKARTA - Gangguan pendengaran saat ini dikaitkan dengan masalah kognitif dan demensia, sehingga menyebabkan perubahan kognitif pada bagian otak.
Meski banyak anggapan gangguan pendengaran merupakan masalah utama bagi para lanjut usia, hal ini dapat terjadi pada orang dengan usia lebih muda. Sehingga membuat perubahan struktur di otak menjadi sangat memprihatikan.
Area otak yang terkena gangguan pendengaran adalah wilayah yang berhubungan dengan perhatian dan fungsi eksekutif di korteks frontal, serta wilayah pendengaran di lobus temporal.
Selain itu, studi menemukan orang dengan gangguan pendengaran memiliki perbedaan struktur mikro di area korteks frontal.
Baca Juga: Jarang Terdengar, Vitamin P Ternyata Bantu Jaga Kadar Gula Darah
Hal ini berkaitan dengan fungsi dalam proses bicara dan bahasa, perubahan daerah di lobus temporal pada otak.
WHO mencatat bahwa 5 persen dari populasi di dunia, sekitar 432 juta orang dewasa dan 34 juta anak-anak memiliki permasalahan pendengaran.
Di AS, sekitar 21 persen orang berusia 75 tahun ke atas mengalami gangguan dalam pendengaran. Dan WHO memperkirakan bahwa pada 2050, hampir 2,5 miliar orang mengalami gangguan pendengaran.
Peneliti dari Universitas California, San Diego dan Kaiser Permanente Washington Health Research Institute mengidentifikasi melalui tes pendengaran dan pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Baca Juga: Liburan Bawa Bayi Naik Pesawat Terbang, Simak Tipsnya!
Dengan melibatkan 130 oeserta dengan rata-rata usia 76,4 tahun dan 65 persen di antaranya perempuan.
Melakukan penelitian antara tahun 2003 dan 2005, menemukan mereka yang memiliki pendengaran baik memiliki kemampuan pada 500, 1.000, 2.000, dan 4.000 Herz (Hz). Nada ini berada batas rata-rata manusia mendengar.
Penulis studi ini, Dr. Linda McEvoy dari Kaiser Permanente, menjelaskan, "tidak ditemukan perbedaan diotak, melainkan dalam struktur lobus temporal medial seperti hipokampus yang penting untuk memori.” ucapnya dikutip Medical News Today, Sabtu (2/12).
Gangguan Pendengaran dan Kinerja Otak
Prof Jason Warren dari University College London, di Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengungkapkan, "hubungan antara pendengaran, perubahan otak dan demensia masih sangat komplek dalam beberapa alasan utama," tuturnya.
Baca Juga: Melihat Titik Terlarang Alat Peraga Kampanye di Kota Bekasi
Ia memperingatkan meskipun kehilangan fungsi pendengaran berkaitan dengan perubahan pada otak bahkan penurunan kognitif. Meskti tidak mengatakan hal tersebut menyebabkan Alzheimer.
Kemudian, ia menganalogikan hubungan antara gangguan pendengaran dengan demensia sebagai telur dan ayam. Di mana keduanya masih saling berkaitan satu dengan lain.
"Meski tidak bisa menyembuhkan sepenuhnya, kami mulai mendapatkan bukti bahwa alat bantu dengar dapat memperlambat risiko tersebut," ucapnya.
Pencegahan dan Melindungi Pendengaran
Penelitian terbaru menggarisbawahi pentingnya melindungi pendengaran. Hindari mendengarkan suara terlalu keras dalam jangka waktu yang lama, dan lindungi telinga dari suara keras atau saat melakukan aktivitas yang sangat bising.
Sebagai contoh, Anda bisa menggunakan peredam telinga saat berada di konser atau bioskop dengan suara yang berisik dan kencang.
Baca Juga: Cerita Saksi Usai Dengar Terbunuhnya Brigadir J, Sambo: Ssssttt.. Jangan Ramai-Ramai
Pengonsumsian obat tertentu juga dapat mempengaruhi gangguan pendengaran, jadi ada baiknya untuk berhati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan.
"melakukan tes pemeriksaan pendengaran dapat dilakukan, untuk mengetahui adanya gangguan dalam pendengaran perifer yang dapat diukur," ucap Prof Warren.
Ia menambahkan, jika terjadi gangguan dalam pendengaran tersebut, pasien akan diresepkan dengan alat bantu yang meringankan tekanan kognitif pada otak mereka.