bakabar.com, JAKARTA - 30 September salah satu momen kelam dalam sejarah Indonesia. Pada hari ini, 58 tahun lalu, tragedi pertumpahan darah dan penculikan yang dikenal sebagai G30S PKI.
Peristiwa berdarah ini memiliki banyak penyebutan, seperti GESTOK (Gerakan Satu Oktober) yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno, GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) oleh Presiden Soeharto. Dan pada Orde Baru, berganti penyebutan menjadi G30S/PKI (Gerakan 30 September PKI).
Sejarah ini diketahui ditunggangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), dengan tujuan menggulingkan Presiden Soekarno dan mengubah sistem negara menjadi sistem komunis.
Peristiwa ini juga dikepalai oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit, yang diketahui pemimpin terakhir PKI. Melalui kendalinya, PKI semakin berkembang melalui sistem parlementer.
Baca Juga: Pumpkin Spice Makeup, Riasan Wajah yang Trending di Dunia Kecantikan
Target incaran PKI diketahui adalah TNI AD, yang saat itu memiliki kuasa cukup tinggi dalam pemerintahan Indonesia. Dan atas ketidakhormatan tersebut, PKI ingin menyingkirkan petingginya untuk merebut kekuasaan.
Pada 30 September 1965, G30S/PKI terjadi saat tengah malam, dimana sistem keamanan melemah dan banyak orang terlelap. Partai komunis mendatangi, mengincar dan menculik para perwira tinggi TNI AD Indonesia.
Akal muslihat pun dilakukan PKI untuk menculik petinggi TNI. Dengan berdalih sebagai Cakrabirawa atau utusan pengawal Istana yang hendak menjemput mereka menghadap Presiden Soekarno.
Baca Juga: Rempang, Pulau Penuh Sejarah Berabad Lamanya
Pertumpahan darah pun terjadi saat penculikan tersebut, diketahui PKI membunuh Ahmad Yani, M.T Haryono, dan D.I Panjaitan secara langsung di kediaman mereka.
Kemudian membawa lainnya untuk dieksekusi di daerah bilangan Jakarta Timur. Dan membuang mayat mereka di sebuah lubang, yang merupakan cikal bakal Lubang Buaya.
Pada 1 Oktober 1965, Mayor Jendral Soeharto mengamankan RRI dan telekomunikasi agar memberikan kabar bahwa Presiden Soekarno beserta A.H. Nasution saat itu dalam keadaan hidup dan selamat.
Sekiranya pada 2 Oktober 1965, PKI pun dapat dipukul mundur dan menyerah. Sehingga pihak TNI berupaya mencari mayat korban tersebut dibuang.
Hingga akhirnya pada 4 Oktober 1965, mayat korban G30S PKI ditemukan dan diangkat dari Lubang Buaya. Dan kemudian esok harinya, 5 Oktober 1965 diberlakukan pemakaman di Taman Makan Pahlawan Kalibata, sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Baca Juga: Serangan Teroris 11 September 2001, Sejarah Kelam Amerika Serikat
G30S PKI diketahui terjadi dan menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia seperti Yogyakarta dan Jawa sekitarnya.
Dalam pengkianatan tersebut, setidaknya menyebabkan gugurnya enam perwira tinggi dan satu perwira menengah dari TNI AD. Mereka yang gugur adalah:
1. Letnan Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani,
2. Mayor Jenderal (Anumerta) Raden Suprapto,
3. Mayor Jenderal (Anumerta) Mas Tirtodarmo Haryono,
4. Mayor Jenderal (Anumerta) Siswondo Parman,
5. Brigadir Jenderal TNI (Anm) Donald Isaac Pandjaitan,
6. Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo, dan
7. Letnan Satu (Lettu) (Anumerta) Pierre Andreas Tendean.
Setiap tahunnya, pada tanggal 30 September pun dilakukan pemutaran film sejarah mengenai kekejaman peristiwa tersebut.
Sebagai pengingat untuk masyarakat akan sejarah panjang bangsa Indonesia dalam mempertahankan nasionalisme.