Gaya Hidup

Fakta Unik Barongsai, Kesenian Cina Berusia Lebih dari 1.000 Tahun

Imlek atau Tahun Baru China identik dengan pertunjukan barongsai. Pertunjukan seni yang berusia lebih dari 1.000 tahun ini memiliki fakta-fakta unik.

Featured-Image
Pernah dilarang di Indonesia, barongsai merupakan kesenian yang berusia lebih dari 1.000 tahun. Foto: Celebrities

bakabar.com, JAKARTA - Imlek atau Tahun Baru China identik dengan pertunjukan barongsai. Pertunjukan seni yang berusia lebih dari 1.000 tahun ini memiliki fakta-fakta unik.

Barongsai atau juga dikenal dengan lion dance, melibatkan dua orang penari dalam kostum singa. Mereka menari dengan iringan suara drum dan simbal.

Konon pertunjukan tersebut untuk menarik keberuntungan dan kemakmuran, mengingat barongsai kerap ditampilkan dalam perayaan Imlek, ulang tahun atau pernikahan.

Mengutip dari CNN, berikut fakta-fakta unik dari barongsai:

1. Singa tak ditemukan di China

Meski barongsai menampilkan sosok singa, hewan ini sebetulnya jarang ditemukan di China.

Singa yang pertama kali menapakkan kaki di China, dibawa oleh utusan dari negara-negara Persia dan Asia Tengah. Mereka menghadiahkan singa kepada kaisar Tiongkok dari Dinasti Han (202 SM-220 M).

Selanjutnya popularitas binatang kekaisaran tersebut menyebar ke masyarakat. Singa bahkan memainkan peran penting dalam mitologi Budha yang mulai menyebar ke seluruh Tiongkok di akhir Dinasti Han.

2. Berusia lebih dari 1.000 tahun

Setelah singa menjadi populer, binatang itu mulai masuk ke dalam tradisi pantomim binatang. Catatan sejarah dari periode Tiga Kerajaan (220-289 M) menggambarkan orang-orang yang mengenakan kostum singa untuk perayaan Budda.

Kemudian dalam masa Dinasti Tang (618-907 M) tarian barongsai juga menjadi pesta istana yang terdokumentasi dengan baik.

3. Gaya tarian berbeda

Selama perkembangan yang panjang, barongsai terbagi menjadi gaya selatan dan utara.

Tarian barongsai selatan berasal dari Guangdong, serta merupakan gaya yang populer di Hong Kong, Makau, dan kampung halaman orang Tionghoa perantauan.

Tarian singa selatan adalah pertunjukan yang didasarkan kepada studi tentang perilaku singa. Adapun gerakan yang ditekankan seperti mencakar, menggoyangkan tubuh, dan menjilati bulu.

Sementara tarian barongsai utara memiliki hubungan dekat dengan kungfu. Singa muda dilakukan oleh satu orang dan singa dewasa dilakukan oleh dua orang. Kostum yang digunakan lebih kokoh dan kurang dekoratif untuk memungkinkan lebih banyak gerakan.

Dalam tarian singa dewasa, pemain di depan memegang kepala singa yang sering diangkat untuk membuat singa berdiri.

Tarian singa utara lebih bersifat senam, melibatkan berguling, bergulat, melompat, memanjat, atau bahkan bersujud.

Meski berakar di China, barongsai juga telah menyebar ke seluruh Asia Timur dengan setiap daerah memiliki variasi lokal sendiri.

Seperti di Jepang dan Korea, gaya tarian barongsai memiliki variasi yang cukup banyak. Bahkan di Indonesia, penari barongsai mengenakan mantel bulu besar dengan kepala besar.

Diketahui singa salju putih dan hijau melambangkan wilayah Tibet. Sedangkan provinsi Fujian menciptakan singa hijau setan untuk mewakili penyerangan Manchuria selama abad ke-17.

4. Pernah dilarang

Selama masa Revolusi Kebudayaan, tarian barongsai dianggap primitif, sehingga tradisi tersebut disingkirkan dari sebagian besar daratan Tiongkok.

Namun kebiasaan itu berkembang pesat di Hong Kong, karena para siswa mempraktikkan tarian ini di sekolah seni bela diri.

Mengingat barongsai mengambil banyak sikap dasar dan gerakan dari kung fu, sekolah banyak menggunakan untuk memamerkan kehebatan di antara akademi seni bela diri.

Namun popularitas barongsai sempat berubah ke arah yang salah, ketika sekolah seni bela diri mulai bergabung dengan mafia atau di Hong Kong disebut dengan triad.

Sejumlah geng melakukan tarian barongsai dengan alasan mengatasi perselisihan wilayah, tetapi mereka kerap menyembunyikan pisau di dalam kostum untuk menikam lawan. Hal ini menyebabkan larangan sementara di Hong Kong selama 1970 hingga awal 1980.

Sementara di Indonesia, barongsai juga pernah dilarang selama rezim Orde Baru, setelah muncul Instruksi Presiden No 14 Tahun 1967 tentang agama, kepercayaan dan adat istiadat Cina.

Diberlakukan sejak 6 Desember 1967, segala ritual budaya dan keagamaan orang Tionghoa dilarang dilakukan di tempat umum.

Baru setelah kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, pertunjukan barongsai mulai diperbolehkan di tempat umum. Pun Imlek juga dijadikan hari libur fakultatif.

Editor


Komentar
Banner
Banner