bakabar.com, JAKARTA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat menjajaki proyek pembuatan kapal selam hingga pesawat tempur bersama.
Kedua presiden sepakat mempererat kerja sama antara Moskow dan Ankara terutama dalam industri pertahanan.
“Kami memiliki kesempatan untuk mendiskusikan langkah apa yang bisa kami ambil untuk membuat mesin pesawat, pesawat tempur. Area lain seperti beberapa rencana bersama membangun kapal. Insya Allah kami akan menjajaki langkah bersama bahkan (dalam pembuatan) kapal selam,” kata Erdogan kepada wartawan usai bertemu tatap muka dengan Putin di resor Laut Hitam, Sochi, Kamis (30/9).
Pertemuan Erdogan dan Putin ini merupakan tatap muka pertama antara keduanya sejak 18 bulan terakhir.
Kedua pemimpin yang tengah dekat-dekatnya itu pun turut membahas prospek kerja sama Turki dan Rusia di sektor luar angkasa.
Erdogan juga kembali menegaskan komitmen Turki untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia yang dikecam Amerika Serikat.
Dalam kesempatan itu, Erdogan bersumpah bahwa Ankara “tidak akan mundur” dari rencana pembelian itu. Ia juga mendesak AS tetap mengirimkan setidaknya 100 jet tempur siluman F-35 yang dibeli Turki dari Negeri Paman Sam.
Sejak Turki berkeras membeli S-400, AS membatalkan pengiriman F-35 ke Ankara, suatu langkah yang memicu relasi kedua negara renggang.
Dalam kesempatan itu, Erdogan juga menggagas agar Turki dan Rusia dapat bekerja sama membangun dua pembangkit listrik tenaga nuklir lagi. Moskow menyetujui usulan itu.
Pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki sedang dibangun oleh perusahaan energi nuklir pelat merah Rusia, Rosatom. Pembangkit itu rencananya mulai aktif pada 2023 mendatang.
Dikutip Reuters, terlepas dari kedekatan Turki-Rusia, hubungan kedua negara terbilang rumit. Ankara dan Moskow berlawanan dalam merespons konflik di Suriah dan Libya.
Pertemuan Erdogan dan Putin hari ini pun dikabarkan fokus membahas isu Suriah. Namun, kedua presiden tak gamblang menjelaskan hasil pembicaraan mereka berdua terkait isu sensitif bagi Moskow dan Rusia tersebut.