Ekspansi Ekspor Pangan

Ekspansi Ekspor, Bapanas: Perlu Perpanjangan Masa Simpan Pangan

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menuturkan pemerintah secara simultan mendorong produk pangan asal Indonesia dapat ekspansi ke pasar luar negeri. 

Featured-Image
Pemerintah secara simultan mendorong produk pangan asal Indonesia dapat ekspansi ke pasar luar negeri. Foto: Bapanas

bakabar.com, JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menuturkan pemerintah secara simultan mendorong produk pangan asal Indonesia dapat ekspansi ke pasar luar negeri.

Hal itu diungkapkan Arief saat melepas ekspor PT Malindo Food Delight di Cikarang, Jawa Barat pada Jumat (20/10). Potensi dan sumber daya produk pangan Indonesia cukup besar sehingga layak didorong ke pasar internasional.

“Kita mesti dorong negeri kita menjadi sumber pangan dunia. Jangan terbalik dengan kita terus yang menjadi pasarnya dengan jumlah penduduk 270 juta orang,” sebut Arief dalam keterangannya dikutip Sabtu (21/10).

Arief menambahkan, “Apalagi kita akan punya bonus demografi yang tinggi. Bonus demografi ini akan mencapai puncak di tahun 2030-an dengan 68 persen merupakan penduduk usia produktif, sehingga ini dapat menjadi kunci peningkatan produktivitas nasional kita."

Baca Juga: Konsumsi Pangan Lokal, Bapanas: Saatnya Daerah Terlibat

Bapanas mengambil peran dalam mendukung perpanjangan masa simpan pangan atau shelf life produk pangan. Dengan pola itu, produksi yang berlebih dapat disimpan lebih lama dan dapat dilepas pada masa mendatang, termasuk untuk tujuan ekspor.

“Kita kalau mau jadi eksportir, sudah harus tahu bagaimana memperpanjang shelf life. Ini bisa diterapkan dengan teknologi seperti cold storage, reefer container, dan air blast freezer," terangnya.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi menuturkan hal tersebut pada saat melepas ekspor PT Malindo Food Delight di Cikarang, Jawa Barat pada Jumat (20/10/2023). Foto: Bapanas
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi menuturkan hal tersebut pada saat melepas ekspor PT Malindo Food Delight di Cikarang, Jawa Barat pada Jumat (20/10/2023). Foto: Bapanas

Untuk sejumlah komoditas, seperti bawang putih, cabai, atau telur, akan memiliki shelf life yang lebih panjang, sehingga pada saat panen bisa bersamaan. "Kita bisa simpan dan perpanjang shelf life-nya. Kita kurangi importasi secara berkala lalu dorong produksi dalam negeri,” tutur Arief.

sejak 2022 Bapanas memfasilitasi sarana prasarana logistik pangan guna dapat membantu upaya perpanjangan masa simpan pangan. Dengan kandungan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 40%, Bapanas menyalurkan berbagai fasilitas ke daerah-daerah sentra produksi, antara lain berupa cold storage, reefer container, air blast freezer, dan heat pump dryer.

Baca Juga: Bapanas Gelar GPM Serentak untuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan

"Sementara untuk tahun ini akan terus dilanjutkan di 8 provinsi sentra konsumen dan tahun depan ditargetkan 11 unit dengan total anggaran Rp15,23 Miliar," terangnya.

Selain itu, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) akan meluncurkan penerapan metode teknologi iradiasi pangan untuk pengawetan komoditas pangan. Misalnya iradiasi pangan untuk cabai itu bisa menjadikan tahan 2 sampai 3 bulan.

"Ini kita lakukan untuk menyokong penguatan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Kita targetkan target stok CPP setidaknya mencapai 5 persen dari total kebutuhan konsumsi bulanan nasional,” beber kepala Bapanas yang juga Plt. Menteri Pertanian.

Arief menerangkan, iradiasi pangan merupakan metode penyinaran bahan pangan dengan memakai zat radioaktif. Metode itu dapat mencegah pembusukan dan kerusakan pangan serta membebaskan produk pangan dari mikroorganisme yang berbahaya. Proses tersebut mampu meningkatkan keamanan pangan dan menjaga mutu pangan.

Baca Juga: Jokowi Tunjuk Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi sebagai Plt Mentan

“Tentu apabila stok nasional sudah sufficient, ini waktunya kita lakukan ekspor. Misalnya ayam dan telur, itu kita bisa dikatakan swasembada, termasuk beras juga," papar Arief.

Menurut FAO (The Food and Agriculture Organization), swasembada terjadi ketika 90 persen kebutuhan nasional dipenuhi dari produksi nasional. Sementara itu, importasi dilakukan untuk top up stok CPP sebagai food reserve.

Sebagaimana diketahui, ujar Arief, CPP atau food reserve digunakan dalam pelaksanaan berbagai program intervensi pemerintah. Penyaluran tersebut dalam bentuk bantuan pangan beras, beras Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke semua lini pasar, Gerakan Pangan Murah (GPM), dan distribusi beras komersial melalui penggiling padi se-Indonesia.

Editor
Komentar
Banner
Banner