bakabar.com, JAKARTA – Dalam konteks geopolitik pangan, wilayah Indonesia memiliki area geografis, demografis dan sumber daya alam yang melimpah dan strategis. Namun, Indonesia masih berhadapan dengan permasalahan ketahanan pangan dan impor pangan dalam skala besar.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita mengungkapkan bukan kali ini saja Indonesia mengalami persoalan kelangkaan bahan pangan, tahun 2008 kelangkaan minyak goreng karena tingginya harga minyak sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil) dunia, serta kelangkaan kedelai pun pernah terjadi di Indonesia.
"PR kita ke depan adalah bagaimana kita menjaga kontinuitas dari bahan bahan baku yang memang sudah dikembangkan IKM (Industri Kecil Menengah) makanan dan minuman kita menjadi produk hilirnya atau produk intermedianya," katanya.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Kick Off IFI 2022 dengan tema Promoting Suistainable Supy Chain and Addes Value Through Innovaiton to Serve the Dynamic Markets yang disiarkan di YouTube Kementerian Perindustrian RI, Senin (1/8).
Reni mengatakan upaya yang pemerintah lakukan adalah meningkatan produksi pangan. Tidak hanya beras yang menjadi sumber karbohidrat bagi masyarakat, tetapi juga bahan pangan lainnya seperti jagung, ubi kayu, ubi rambat dan porang.
"Pemerintah juga senantiasa mendorong pengembangan produk komoditas pertanian lokal yang mempunyai potensi ekonomi tinggi," ucap Reni.
Selain untuk menggerakan perekonomian rakyat, upaya tersebut dapat menjadi solusi krisis pangan global. Undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang pangan menjelaskan bahwa keanekaragaman pangan merupakan upaya meningkatkan ketersediaan pangan yang bergam dan yang berbasis potensi sumber daya lokal.
Namun, kata Reni, ketahanan pangan Indonesia belum kunjung terwujud. Berdasarkan laporan ekonomis ketahanan pangan global atau Global Food Security Index (GFSI), pada tahun 2021 Indonesia berada di skor 59,2 dengan peringkat ke 69.
Peringkat Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara lain yang memiliki karakteristik yang serupa dengan Indonesia, seperti banyaknya jumlah penduduk, posisi Indonesia masih relatif tertinggal.
"Contohnya, kalau kita bandingkan dengan Brazil, penduduk sebanyak 209 juta jiwa, peringkatnya ke 63 dengan skor 60. Jadi ketahanan pangan ini menjadi krusial menurut kami ketika memang jumlah penduduk kita besar jadi saat ini Indonesia sekitar 270 juta," tutupnya. (Resti)