pewarna alami

Dukung IKM Tenun, Kemenperin Inovasi Pewarna Alam

Kemenperin terus mendukung inovasi untuk mendorong daya saing IKM yang memanfaatkan pewarna alam dari gambir untuk IKM tenun.

Featured-Image
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi. Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendukung inovasi untuk mendorong daya saing industri, termasuk industri kecil dan menengah (IKM) yang memanfaatkan pewarna alam dari gambir untuk IKM tenun.

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi mengatakan dukungan yang diberikan salah satunya dengan pembinaan melalui program Dana Kemitraan Peningkatan Teknologi Industri (DAPATI).

Program itu untuk meningkatkan kemampuan IKM tenun dalam pemanfaatan limbah cair gambir pada proses pewarnaan benang tenun. Salah satunya IKM H. Ridwan.

"Kegiatan pembinaan oleh BSPJI Padang kepada IKM H. Ridwan ini dilakukan melalui program Dana Kemitraan Peningkatan Teknologi Industri (DAPATI) dari BSKJI Kemenperin pada tahun 2022," kata Doddy dalam keterangan di Jakarta, Jumat (24/2).

Baca Juga: Kemenperin Tegaskan Insentif Kendaraan Listrik Harus Tepat Sasaran

IKM Tenun Kubang H. Ridwan yang bergerak di bidang usaha pembuatan kain tenun menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Mereka adalah salah satu IKM yang telah memanfaatkan limbah gambir sebagai pewarna alam untuk benang tenunnya.

Inovasi pewarna alam dari gambir tersebut telah dilakukan BSKJI Padang sejak 2015. Pemanfaatan gambir sebagai pewarna alam untuk benang tenun terbukti menghasilkan warna-warna khas pada kain tenun.

“Setelah mendapat pelatihan dalam bentuk bimbingan teknis dan konsultansi oleh tim BSPJI Padang, IKM tenun merasa yakin kalau warna dari limbah cair gambir punya prospek yang potensial untuk dikembangkan sebagai pewarna benang tenun,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala BSPJI Padang M. Nilzam memaparkan kegiatan pembinaan pada IKM tenun dilakukan melalui bimbingan teknis dan konsultansi teknologi berupa perencanaan tempat pencelupan, persiapan bahan pewarna, proses dan tahapan pencelupan, dan uji coba proses pewarnaan benang tenun.

Baca Juga: BI Dorong Ekonomi Lokal Melalui Rumah Produksi Tenun Ikat Sintang

Tidak hanya bimtek, pemerintah juga memberikan konsultasi peralatan proses pencelupan untuk mewarnai benang tenun pada skala yang lebih besar. Dari aspek kelayakan ekonomi, penggunaan warna alam memberikan efisiensi yang tinggi, apabila dibandingkan dengan penggunaan warna sintetis.

“Dengan biaya produksi sekitar Rp23,8 juta per bulan, bila terjual akan didapatkan penerimaan sekitar Rp36 juta, sehingga akan memberikan keuntungan lebih kurang Rp12,2 juta per bulan,” kata Nilzam.

Dilihat dari nilai Revenue Cost Ratio (R/C), nilainya sebesar 1,51 (>1). Artinya produksi tersebut layak untuk dikembangkan dan dapat memberikan keuntungan pada IKM dengan Pay Back Period 0,6 bulan.

“Efisiensi yang dapat dicapai dalam memproduksi benang dengan pewarna alam limbah cair gambir ini adalah sekitar 51,37 persen,” katanya.

Editor


Komentar
Banner
Banner