Apahabar.com, MAGELANG - Dua pekan menjelang Hari Raya Idulfitri, harga komoditas, seperti daging sapi, ayam dan telur di Pasar Rejowinangun terus merangkak naik. Kenaikan harga bahan pokok memang kerap terjadi pada saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
"Harga telur naik dua ribu, dari Rp 27.000 menjadi Rp 29.000," kata seorang pedagang telur, Sri (43) saat ditemui bakabar.com di Pasar Rejowinangun, Rabu (5/3).
Meskipun demikian, Sri mengaku tidak terlalu terkejut lantaran sejumlah komoditi setiap tahunnya memang mengalami kenaikan menjelang momen Hari Raya Idulfitri.
"Harga naik, tetapi jumlah pembeli normal, bahkan cenderung bertambah, jadi tidak masalah, setiap tahunnya selalu begini" paparnya.
Pedagang sembako yang sudah lebih dari 20 tahun berjualan di Pasar Rejowinangun itu menuturkan, selain telur, tepung beras juga mengalami kenaikan dari Rp 12.000 menjadi 12.500.
Baca Juga: Sidak Pasar Rawamangun, Zulhas Terima Keluhan Lonjakan Harga Pangan
"Kenaikannya hanya Rp 500, masih standar juga," ujarnya.
Lebih lanjut, Sri menjelaskan untuk harga cabai rawit saat ini Rp28.000 per kilogram, cabai merah keriting Rp28.300 per kilogram, cabai hijau Rp18.000 per kilogram, dan cabai merah besar Rp25.000 per kilogram.
Adapun komoditas bahan pokok yang dibatasi jumlahnya hanyalah minyak goreng subsidi MinyaKita. "Penjualan yang agak dibatasi minyak goreng merk Minyakita, maksimal pembelian 2 liter per hari per pembeli, harga Rp 14.000," kata Sri.
Sedangkan untuk beras, lanjut Sri, dibanderol Rp12.500 per kilogram, gula pasir Rp 14.000 per kilogram, minyak goreng curah Rp 16.000 per kilogram, dan minyak goreng kemasan Rp 17.000 per kilogram.
Menurut Sri, harga tersebut masih bisa berubah sewaktu-waktu menjelang Hari Raya Idulfitri alias bersifat fluktuatif tanpa bisa diprediksi.
Baca Juga: Jaga Stabilitas Harga Pangan, Kemendag Gelar Pasar Murah
"Tapi, selama ada operasi pasar biasanya normal, kalaupun tetiba naik, ada pemberitahuan," ungkap Sri.
Senada, Wati (55) pedagang lainnya mengakui adanya kenaikan harga. Kini, harga daging ayam potong mengalami kenaikan Rp3.000 dari Rp32.000 menjadi Rp35.000 per kilogramnya.
Namun, menurut Wati, kenaikan harga daging ayam diimbangi dengan meningkatnya permintaan dari masyarakat.
"Selama Ramadan ini, pembelinya lumayan ramai daripada sebelum Ramadan. Dalam sehari bisa jual kurang lebih 1 kuintal, kalau sebelum Ramadan paling 80-90 kilogram per hari," tuturnya.
Wati memprediksi, jika sama seperti tahun-tahun sebelumnya, harga daging ayam potong akan terus mengalami peningkatan hingga menjelang Lebaran nanti. "Apalagi banyak olahan makanan lebaran yang bahan bakunya ayam, seperti opor misalnya, jadi permintaan masih bisa naik lagi," imbuhnya.
Baca Juga: Harga Pangan Saat Ramadan, Mendag: di Mana-Mana Masih Stabil
Pada hari yang sama, seorang pedagang di Pasar Rejowinangun, Ninik (43) mengungkapkan adanya kenaikan harga daging sapi. Menurutnya, kenaikan harga sebesar Rp3.000 per kilogram, dari Rp135.000 an.
"Tapi masih bisa tambah lagi, bahkan mencapai Rp150.000, dan semoga tidak melonjak," katanya.
Ninik mengakui, sehari-hari, ia mengambil daging sapi langsung dari rumah potongnya di daerah Selo, Boyolali. "Penjualannya satu hari sekitar 1 kuintal bisa kalau sedang ramai, kalau sepi sekali 80 kilogram," katanya.
Meski kabar beredarnya daging gelonggongan serta isu Penyakit Kuku dan Mulut (PKM) sedang hangat diperbincangkan, Ninik mengaku tidak khawatir. "Daging sapinya bisa di cek, segar dan tidak berair. Lebih baik harga ikut naik tetapi kualitas bagus daripada dimurahkan tapi sudah tidak segar," ungkapnya.
Baca Juga: Inflasi Naik 5,47%, 173 Daerah Belum Maksimal Tekan Harga Pangan
Pasalnya, menurut Ninik, jika menurunkan kualitas, dapat beresiko kehilangan pelanggan serta menyebarkan penyakit bagi masyarakat. "Daripada tidak halal, saya berjualan sudah 10 tahun, nanti malah repot kalau tidak dipercayalagi sama pembeli," ujarnya.
Sementara itu, seorang pembeli asal Pakis, Ria (26) mengaku sudah merasakan kenaikan berbagai harga bahan pokok, bahkan sebelum Ramadan. Dia tidak menampik kenaikan harga akan terjadi hingga momen Hari Raya Idulfitri.
"Kalau belanja memang sering di kota seminggu sekali daripada di pasar kecamatan soalnya sekalian kerja," kata Ria.
Kendati demikian, menurut Ria, kenaikan berbagai komoditi tersebut masih tergolong masuk akal dan dapat dipertimbangkan.
"Istilahnya masih terbeli, belum terlalu membuat panik, semoga tidak melejit terutama daging sama telur," tandasnya.