bakabar.com, PELAIHARI - Sebagian besar petani di Desa Kurau, Kecamatan Kurau, Tanah Laut, kembali terancam gagal tanam.
Penyebabnya banjir rob masuk ke areal persawahan. Kondisi ini diduga juga disebabkan kanal yang dibuat PT Sumatra Timur Indonesia (STI).
Akibat kanal buatan tersebut, air laut semakin leluasa masuk ke persawahan dan pemukiman. Imbasnya petani pun kembali terancam gagal tanam selama tiga tahun berturut-turut.
"Sebelum banjir besar di awal 2021, kami masih bisa menanam padi hingga seluas 3 hektar. Namun dalam dua tahun belakangan, kami hanya bisa menanam padi sekitar 1 hektar per petani," papar Badri, salah seorang warga, Selasa (18/7).
"Untuk menanam 1 hektar itupun perlu banyak pertimbangan. Kami harus memiliki modal besar, serta bertaruh dengan kondisi alam yang tidak menentu," sambungnya.
Situasi tersebut sebenarnya sudah diadukan kepada Bupati Tanah Laut beberapa waktu lalu, mengingat persoalan serupa juga dirasakan petani di desa lain.
"Kami di Desa Padang Luas, juga ikut terdampak. Meskipun perusahaan telah hadir sejak lama, tetapi dampak baru sekarang terasa,” tutur Kamarudin dari Desa Padang Luas.
Diketahui PT STI telah memasuki kawasan tersebut sejak 1998. Pun warga sempat protes, karena perusahaan mengeklaim lahan mereka dan membuat tanggul di sungai alami.
"Kami berharap sebelum 2023 berakhir, solusi sudah harus didapatkan. Kalau kanal buatan dibiarkan terbuka, kami dipastikan kembali gagal tanam," tukas Kamarudin.
Sementara Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Selatan juga telah menelusuri kanal buatan yang dimaksud oleh warga, Sabtu (15/7).
Disimpulkan bahwa terdapat kemungkinan air laut masuk lebih cepat, karena kanal dibuat lurus. Imbasnya air laut terpecah dan sebagian besar masuk melalui kanal buatan tersebut.
"Dari hasil penelusuran, kami memang menemukan kanal buatan tersebut. Dibuat menjorok ke laut dan langsung ditembuskan ke Sungai Maluka," papar Muhammad Jefry Raharja, Manajer Advokasi dan Kampanye Walhi Kalsel.
"Lokasi kanal persis di muara sungai di Desa Kurau. Belum dipastikan perusahaan pemilik kanal tersebut. Seperti dibiarkan terbengkalai, tetapi kami juga melihat aktivitas pembuatan tanggul baru," pungkasnya.