bakabar.com, BANJARMASIN – Debat Pilkada Tanah Bumbu 2020 dilangsungkan di Studio TVRI Banjarmasin, Sabtu (14/11) malam.
Dalam debat tersebut, masing-masing paslon mulai menyampaikan visi-misinya. Bahkan, antar-paslon sudah mulai melemparkan pertanyaan dan tanggapan secara langsung.
Pengamat Hukum Tata Negara, Ahmad Fikri Hadin, pun memberikan penilaiannya atas debat perdana tersebut.
“Dari yang saya tangkap, ketiganya punya program unggulan. Yang jadi ukuran pelaksanaannya nanti,” ujar Dosen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin ini, Minggu (15/11).
Fikri menilai dari program yang disampaikan ketiga paslon, masing-masing memiliki program unggulan. Walaupun ada catatan yang perlu diperhatikan terkait program yang terukur.
“Kalau dilihat dari pandangan akademik harus terukur. Kesanggupan aparatur dan anggarannya. Karena tujuannya masyarakat menikmati dari program itu,” jelasnya.
Fikri menambahkan keterukuran ini juga untuk memudahkan penjabaran dalam rencana pembangunan jangka menengah, jika nanti paslon tersebut terpilih.
“Nomenklatur yang digunakan dalam penyampaian visi-misi kalau bisa yang mudah dijabarkan. Visi misi ini kan tawaran ke masyarakat, untuk menentukan kamana masyarakat menentukan pilihannya,” katanya.
Kemudian yang tak kalah penting, visi misi maupun program paslon harus bisa tersampaikan ke seluruh lapisan dari di level atas hingga bawah masyarakat Tanah Bumbu.
Sebab, ujar Fikri, meski visi misi dan program sudah bagus, jika tak tersampaikan secara maksimal maka akan menjadi sia-sia.
“Saya tak mau terkesan menilai, karena itu ranahnya masyarakat. Tapi pada intinya, kalau program unggulan itu tak tersampaikan ke masyarakat yang masuk DPT (daftar pemilih tetap) juga akan sia-sia,” imbuhnya.
Dia juga menyinggung soal jangkauan penyampaian visi misi dan program yang dilaksanakan melalui debat. Berdasarkan data yang diperolehnya hingga saat ini penyampaian visi misi dan program melalui debat yang disiarkan secara langsung di Kalsel masih rendah.
Fikri pun menyebut dari hasil survei yang dilakukan, angkanya masih di bawah 20 persen dari DPT.
“Ini jadi catatan, mamang data ini tak dirilis, ini bocoran dari teman-teman yang survei. Ternyata penyampaian visi misi dalam debat itu masih belum menjangkau masyarakat secara luas,” bebernya.
Dia debat Paslon di daerah hulu sungai yang pernah disiarkan salah satu stasiun televisi di Banjarmasin ternyata tak bisa menjangkau ke daerah pelosok.
“Walaupun disediakan YouTube live streaming. Tapi apakah menjamin memastikan orang nonton, apalagi orang tua,” katanya.
Dia memahami kendala yang dihadapi oleh penyelenggara saat ini menang cukup sulit. Sebab pelaksanaan Pilkada di tengah pandemi Covid-19. Tak sepertinya Pemilu sebelumnya.
Oleh sebab itu, ini menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara pemilu maupun paslon agar visi misi dan program bisa tersampaikan hingga ke lapisan masyarakat paling bawah.
“Jadi penyelenggara dan para calon harus lebih mengeluarkan upaya daya jelajahnya untuk menyampaikan visi misinya. Agar demokrasi di daerah kita bisa lebih baik,” tukasnya.
Debat perdana Pilkada Tanah Bumbu diikuti ketiga paslon yaitu nomor urut 01, Syafruddin H Maming – Alpiya Rakhman (SHM-MAR), nomor urut 02 Mila Karmila-Zainal Arifin (MK-ZA), dan nomor 03, Zairullah Azhar-M Rusli (ZR).