Tokoh Inspiratif

Datu Kalampayan, Sosok Teladan Ulama Standar Internasional

Jalan panjang mencari ilmu yang dijejaki Datu Kalampayan, menurut Nasrullah memberi pemahaman bagi generasi pembelajar Islam bahwa menempa diri.

Featured-Image
Nama Syekh Arsyad Al Banjari atau DAtu Kalampayan. Foto-Kompas

bakabar.com, JAKARTA - Tiga dekade menimba ilmu di Makkah, durasi panjang itu menghasilkan ulama berstandar dunia. Demikian pandangan antropolog Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah mengenai figur Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kalampayan.     

Jalan panjang mencari ilmu yang dijejaki Datu Kalampayan tersebut, menurut Nasrullah, memberi pemahaman bagi generasi pembelajar Islam bahwa menempa diri dalam keilmuan membutuhkan proses yang tidak sebentar.

"Seturut dengan itu, hasilnya mampu menciptakan sosok Datu Kalampayan sebagai ulama internasional," jelasnya kepada bakabar.com, Selasa (27/12). "Ini sekaligus kritik pada dua hal," sambungnya. 

Kritik pertama, dunia pendidikan yang memperketat durasi belajar secara singkat. Sementara pada kenyataan lain, ada yang menempuh pendidikan jangka panjang, namun tak juga memenuhi kualitas keilmuan sebagaimana sosok Datu Kalampayan.  

Baca Juga: Dari Celah Jubah, Datu Kalampayan Betulkan Arah Kiblat di Batavia

Meneladani Jihad Datu Kalampayan

Menuntut ilmu adalah jalan jihad, spirit ini yang mengantarkan langkah Datu Kalampayan bertolak ke Tanah Haram pada masa Kerajaan Banjar era Sultan Tahmidullah (1.700-1745). Kala itu, dirinya diutus menuntut ilmu untuk kemudian kembali menebarkannya ke Tanah Air.

Tak ayal, usai menimba pengetahuan di Makkah, 30 tahun kemudian dia pun pulang dan menjadi ulama fenomenal dengan torehan karya-karyanya yang terus menjadi ceruk tuntunan hidup yang islami, bahkan hingga sekarang.

"Maka sudah seharusnya jejak tersebut diikuti oleh Pemerintah Provinsi Kalsel dan jajaran," tukas Nasrullah. 

Misalnya saja dengan proyek beasiswa khusus untuk mengutus kader ulama atau calon ilmuwan ke luar negeri dengan durasi panjang. "Hingga hasilnya mampu menjadi intelektual islami yang menerangi Kalsel hingga ke kancah dunia," ujarnya.

Baca Juga: Datu Kalampayan: Menebar Ajaran, Menguntai Harapan

Relevansi Ilmu Sepanjang Masa

Masih relevankah ajaran-ajaran yang diiturunkan Datu Kalampayan? Untuk pertanyaan ini, Nasrullah pun menegaskan, "Masih sangat relevan, kitab-kitab beliau terus dipelajari dan dipraktikkan sampai sekarang.”

Lebih lanjut dijelaskannya pula bila saat ini riset yang juga perlu diangkat selain keagamaan adalah bagaimana karya Datu Kalampayan berhasil membuat pengairan dan pertanian.

Tak hanya itu, kearifan yang diwariskan Datu Kalampayan juga mengulas hukum pemakaman menggunakan peti mati yang menyesuaikan kondisi tanah di Kalsel, dan juga bagaimana mengamankan mayat yang dikubur agar tidak diganggu binatang buas.

"Sebenarnya masih banyak kearifan lokal yang dikembangkan Datu Kalampayan yang dikolaborasikan dengan pengetahuan beliau," ungkapnya.

Mendulang Ilmu lewat Film Biopik Datu Kalampayan

Sekadar diketahui, hari ini Senin (26/12), Film Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari: Matahari dari Banua Banjar kembali diputar di Sinema Hall, Gedung Pusat Perfilman H Umar Ismail, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.

Lewat film yang digagas Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor tersebut, Paman Birin, sapaan akrab sang gubernur bertekad kembali mengenalkan betapa fenomenalnya karya-karya Datu Kalampayan.

Datu Kalampayan wafat dalam usia yang melampaui satu abad, 108 tahun, pada 1812. Sampai saat ini, namanya tetap dikenang sebagai ulama Kalimantan pelopor dakwah Islam di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Literasi Menjadi Kunci

Menjadikan sosok Datu Kalampayan sebagai teladan seorang pelajar Banjar yang ingin mencapai tangga kesusksesan dan menghasilkan karya fenomenal, menurut Nasrullah, merupakan salah satu cara bagaimana generasi muda mengamalkan ajaran Syekh Arsyad Al-Banjari.

"Artinya, kesungguhan dalam belajar dan mengikuti proses akan membentuk kualitas keilmuan seseorang," ujarnya.

Lalu Datu Kalampayan, sebelum adanya era scopus, artikel internasional, buku-buku telah memberikan contoh melalui karya tertulisnya dalam berbagai kitab. Salah satu yang fenomenal tentu saja adalah Sabilal Muhtadin.

Secara genealogis generasi muda di Banua ini mewarisi tradisi menulis dari Datu Kalampayan.

Namun warisan tradisi itu tidak akan terealisasi jika tidak dilakukan. "Artinya, tingkat literasi generasi muda harus dioptimalkan dengan berbagai produk karya tulis," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner