bakabar.com, JAKARTA - Warga Negara Indonesia (WNI) asal Sukabumi, Rahmawati (53) mengaku trauma usai terdampak konflik bersenjata di Sudan karena menyaksikan rumah majikannya luluh lantak.
Rahmawati mengaku lega dapat pulang ke Indonesia dan lolos dari ancaman perang yang mencekam di Sudan.
"Alhamdulilah ya Allah, saya sudah sampai sini," kata Rahmawati saat tiba di Asrama Haji Pondok Gede, Jumat (28/4) pagi.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Tiga Skenario Pemulangan WNI dari Sudan
Ia mengaku masih mengingat suasana malam yang mengerikan di depan rumah majikannya yang hilir mudik peluru dan bom yang tak berhenti. Bahkan para tentara berjaga untuk tetap menjaga keamanan di tengah kemelut perang.
"Di sana parah banget, di jalanan namanya peluru itu Masyaallah," ujarnya.
Bahkan sebagian rumah majikannya pun telah hancur oleh mortir dan bom. Bahkan masjid yang berada di samping rumah majikannya juga telah luluh lantak.
"Rumah majikan saya sudah hancur, pintu-pintu gerbangnya juga udah kena bom, ini batu-batu itu masuk ke rumah. Mau mati, mau hidup, saya mau keluar dari sini!," katanya.
Baca Juga: 902 WNI dari Sudan Bakal Dipulangkan Akhir April 2023
Saat kegentingan perang ia ingin sekali ke luar menuju KBRI dan bertemu dengan orang Indonesia lainnya agar bisa segera pulang ke tanah air. Namun sang majikan tidak berani mengantarnya, lantaran banyak sekali tentara dan milisi yang tersebar di jalanan.
"Majikan saya nggak mau nganterin saya nangis-nangis, majikan saya bilang, boleh saya anter kamu tapi kita semuanya mati, kalau kamu mati ya terserah," cerita Rahmawati saat terjebak kondisi perang.
Akhirnya terpaksa ia harus berjalan kaki agar bisa bertemu dengan orang-rang Indonesia lainnya di KBRI.
"Majikan saya nggak berani nganterin, saya jalan kaki sendiri, kita kontak-kontakan terus sama orang-orang KBRI," ucapnya.
Baca Juga: Tiba di Tanah Air, Ratusan WNI dari Sudan Jalani Karantina Lima Hari di Asrama Haji
Ketika jalan kaki keluar dari rumah majikannya, ia tidak memikirkan sedikitpun barang berharga yang akan ia bawa. Tidak memikirkan sama sekali barang penting apa yang ketinggalan. Bahkan ia tak memikirkan gaji dari majikannya untuk bulan ini.
"Saya nggak mikirin barang-barang dan lainnya, yang penting saya bisa keluar dari situ," ujarnya.
Saat di jalanan, Rahmawati ketakutan saat bertemu tentara di Sudan. Tentara ada di mana-mana. Mereka berjaga dengan senjata laras panjang, suara tembakan terdengar bersautan. Dia hanya bisa menunjukan baju berwarna merah putih saat ditanyai tentara perang di Sudan.
"Kamu siapa, kamu Filipina atau Indonesia'. Saya sakingnggak bisa ngomongnya, ngelihatin kaus saya yang merah sama yang putih, sakingnggak kuat-kuatnya ngomong," ujarnya.
Rahmawati menggambarkan kekalutannya saat menghadapai situasi yang mencekam tersebut. Saat ini ia bahkan tidak tahu bagaimana kabar majikannya.