Di sisi lain, pengalaman yang enggak enak juga pernah ia alami. “Seperti enggak dibayar saat MC, dilempari botol air mineral, tapi gua ga nyerah gitu aja. Hasilnya mulai gua nikmati sekarang,” tukasnya.
"Tidak jarang MC menjadi sebuah bantalan. Seperti contoh ketika menjadi MC di acara musik, panitia minta MC untuk mengulur waktu selama 10 menit untuk band lain bersiap-siap dan itu menyulitkan, karena saat itu para penonton inginnya melihat band itu, bukan MC nya," tambahnya.
Bahkan, saat menjadi MC, dirinya sering mengalami perubahan waktu makan seperti sarapan menjadi jam 10 atau makan siang menjadi jam 5 sore. “Tapi, kalau sudah terbiasa hal tersebut bisa diatasi,’ ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa untuk komunitas otomotif, persahabatan menjadi nomor satu. Seperti pada saat ketika ia sedang berkeliling menjadi MC ke berbagai daerah, tidak sedikit dari penontonnya yang mengajaknya menginap atau sekadar berkumpul setelah acara selesai.

Saat menjadi MC, dirinya sering mengalami perubahan waktu makan seperti sarapan menjadi jam 10 atau makan siang menjadi jam 5 sore. (Foto: dok. Sang Idola)
Namun, seperti sebuah roda yang tidak selalu di atas, untuk menjadi seorang MC otomotif yang baik, harus punya passion di bidang otomotif. “Be smart, think fast and smart," terangnya.
Dijelaskannya, yang dimaksud dengan think fast adalah jika suatu acara membutuhkan improvisasi maka berpikirlah dengan cepat. Untuk smart yang dimaksud adalah bisa menempatkan bahasa yang tepat di tempat yang benar dan selalu mau belajar.
"Kalau mau ngomong, ngomong aja. Kalau gak mau ngomong, gak usah ngomong. Teteb ngebud!!! Jangan lupa ngereem!!!,” ujarnya seraya menutup obrolan.
(Adit)