bakabar.com, JAKARTA - Sebagian kekayaannya dikumpulkan dari bisnis smelter, harta bersih Lim Hariyanto Wijaya Sarwono kini menyentuh angka belasan triliunan rupiah. Lika-liku perjalanan kakek terkaya di republik ini mungkin saja bisa menginspirasi Anda untuk sukses berbisnis.
Kabar teranyar, nama Lim terjun ke bisnis smelter aluminium KAI yang merupakan anak usaha PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Baru tadi, PT Adaro melalui anak perusahaannya PT Kalimantan Aluminium Industry atau KAI mendatangani pengambilan saham bersyarat dengan Aumay Mining Pte.Ltd dan PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA).
Baca Juga: Mengintip Kekayaan 6 Konglomerat Ternama Pemain Smelter di Indonesia
Transaksi pada 20 Desember itu dilaporkan masuk dalam pengembangan smelter aluminium di Kalimantan Utara. Nantinya KAI akan menerbitkan 925.748 saham baru. Dengan nilai Rp 925,8 miliar, yang akan diambil oleh Aumay Mining dan Cita Mineral Investindo.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
Setelah perjanjian tersebut, kepemilikan KAI, yakni Adaro Minerals sebesar 65% (melalui anak perusahaannya), Aumay 22,5%, dan CITA 12,5%.
Nantinya, proyek perdana pengembangan smelter aluminium di Kaltara tersebut akan menghasilkan 500 ribu ton aluminium pada tahap pertama per tahun saat tanggal operasi komersial.
Baca Juga: Melihat Lokasi Smelter Terbesar Indonesia Setelah Manyar
Baca Juga: Konglomerat Ternama 'Bermain' di Bisnis Smelter
Setelah ketiga tahap rampung, perseroan melalui KAI akan menghasilkan 1,5 hingga 2 juta ton aluminium yang memungkinkan smelter aluminium ini menjadi segmen pendapatan terbesar perseroan.
Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia Christian Ariano Rachmat berkata smelter di Kaltara itu sebagai upaya diversifikasi bisnis.
“Melalui KAI, smelter aluminium kami akan menghasilkan komponen utama bagi industri baterai kendaraan listrik dan energi terbarukan," jelasnya lewat keterangan resmi, seperti dilansir Katadata, Jumat (23/12).
Selain itu, melalui proyek tersebut, Adaro Minerals dapat melakukan ekspansi usaha melalui proyek peningkatan nilai, produksi aluminium Indonesia, serta berkontribusi terhadap upaya Indonesia untuk menjadi pusat industri kendaraan listrik.
Pembangunan jetty dan infrastruktur pendukung lainnya untuk smelter aluminium di Kaltara itu telah dimulai. Perseroan memperkirakan bahwa tahap pertama proyek ini akan rampung pada semester pertama 2025. Dengan perkiraan waktu pembangunan sekitar 24 bulan.
Direktur Cita Mineral Investindo Yusak Lumba Pardede menjelaskan pada 20 Desember 2022 perseroan bersama dengan KAI, Aumay Mining, dan PT Adaro Indo Aluminium (AIA) yang seluruhnya merupakan pihak ketiga dari perseroan telah menandatangani perjanjian pengambilan saham bersyarat.
Di mana perseroan dan Aumay akan melakukan pengambilan saham baru yang diterbitkan oleh KAI. "KAI akan menerbitkan 925.748 saham baru. Yang mana sebanyak 330.624 saham baru akan diambil bagian oleh perseroan," jelas Yusak.
Dana yang diperoleh dari penerbitan saham baru tersebut akan digunakan oleh KAI untuk perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan pabrik pengolahan aluminium atau aluminium smelter plant.
"Yang kapasitasnya diperkirakan hingga 2 MTPA (juta ton per tahun) milik KAI, akan berlokasi di Kalimantan Industrial Park Indonesia, Kabupaten Bulungan, Kaltara," jelasnya.
Cita Mineral Investindo adalah emiten pertambangan bauksit yang mayoritas sahamnya dipegang oleh PT Harita Jayaraya (Harita Group) sebesar 60,64%.
Sedang Harita Jayaraya adalah perusahaan milik Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, pria yang dijuluki sebagai kakek terkaya atau orang terkaya ke-20 di Indonesia pada 2022 versi The Real-Time Billionaires Forbes dengan kekayaan US$ 1,1 miliar.
Tak hanya sawit, sebagai besar kekayaannya Lim juga dikumpulkan Lim dari bisnis di tambang nikel. Pria 94 tahun itu merupakan pemilik mayoritas saham produsen sawit di Singapura, Bumitama Agri. Meski terdaftar di Singapura, Bumitama Agri, seperti dikutip dari Merdeka.com, masih berlokasi di Indonesia.
Lim merupakan bapak tujuh anak. Dua di antaranya memegang peranan penting di beberapa perusahaan. Lim Gunawan Hariyanto salah satu putra Lim, misalnya, merupakan CEO Bumitama Agri. Adapun salah satu putrinya, yakni Christina yang menjabat sebagai presiden komisaris perusahaan sekuritas, Harita Kencana Sekuritas.
Berawal dari Pedagang Kelontong
Menariknya, pria yang disebut-sebut lebih kaya dari bos Kacang Garuda itu memulai kehidupannya dari keluarga pedagang kelontong.
Ayah Lim Hariyanto, yakni Lim Tju King merupakan seorang berkewarganegaraan China asal Fujian yang kemudian pindah ke Kalimantan Timur. Lim Tju King, seperti mengutip CNBC Indonesia, pindah karena kemelut antara sisi nasionalis melawan sisi komunis pada saat itu.
Setelah pindah dari China pada 1910-an, ayahnya memulai bekerja serabutan. Mulai dari berdagang bahkan menjadi kuli juga dilakoninya.
Walaupun upah buruh yang diterimanya sangatlah sedikit, namun Ayah Lim tetap berhemat. Dan selalu menabung sebisa mungkin.
Ketika tabungannya sudah cukup, Ayah Lim pun memulai menjalankan toko kelontong kecil-kecilan, mulai tahun 1915.
Seiring berjalannya waktu, toko kelontong yang dijalankan Lim Tju King sukses besar. Bahkan bertambah luas hingga ke berbagai usaha. Usaha Lim Tju King lantas diteruskan ke anaknya: Lim Hariyanto, pria yang kini berada di urutan 2.448 miliarder terkaya se-dunia versi Forbes.