bakabar.com, JAKARTA – Harga komoditas batu bara masih tinggi. Pekan ini, harga si batu hitam bahkan sempat berada di atas US$ 90/ton, tertinggi sejak Maret 2019.
Sepanjang pekan ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) naik 3,27% secara point-to-point.
Pada 28 Januari 2021, harga ditutup di US$ 91/ton, rekor tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir, meski sehari kemudian terjadi koreksi.
Sedangkan sepanjang Januari 2021, harga batu bara melejit 10,03%. Sepertinya batu bara mengawal 2021 dengan gilang-gemilang.
Permintaan batu bara pun masih tinggi, terutama di India dan China. Sepanjang bulan ini, impor batu bara India mencapai 18,97 juta ton, melonjak 348,46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) sekaligus menjadi yang tertinggi setidaknya dalam setahun terakhir.
Sementara di China, impor batu bara sepanjang Januari 2021 mencapai 26,13 juta ton. Melesat 185,89% YoY dan juga menjadi yang tertinggi dalam setidaknya setahun terahir.
“Permintaan energi di China pada 2020 naik 3,1% YoY karena lonjakan pada semester II. Musim dingin yang lebih panjang dari sebelumnya meningkatkan penggunaan penghangat ruangan membuat konsumsi listrik naik, yang kemudian mendongkrak permintaan batu bara. Ini mampu menutup penurunan permintaan saat China menjalani periode karantina wilayah (lockdown) pada bulan-bulan awal 2020,” papar Toby Hassall, Analis Refinitiv, dilansir dari CNBC Indonesia, Minggu (31/01).
Batu bara adalah salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia. Sepanjang 2020, ekspor bahan bakar mineral (yang didominasi batu bara) adalah US$ 17,27 miliar. Jumlah ini mencakup 11.14% dari total ekspor non-migas.
Ke depan, sepertinya prospek batu bara masih cerah. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings memperkirakan harga dan produksi batu bara Indonesia pada 2021 akan naik.
Fitch memproyeksi rata-rata harga batu bara 4.200 kcal Indonesia pada 2021 adalah US$ 32,5/ton, naik dibandingkan 2020 yang sebesar US$ 27/ton. Sementara produksi diperkirakan naik 6%.