News

Cegah Stunting Sejak Dini, IDI Kolaborasi dengan 7 Organisasi Profesi

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) beserta tujuh organisasi profesi kolaborasi cegah stunting sejak dini.

Featured-Image
IDI bersama tujuh organisasi profesi seusai memberikan pernyataan sikap atas penanganan stunting, pada Kamis (2/3)

bakabar.com, JAKARTA - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melakukan kerja sama dengan tujuh organisasi profesi dalam upaya bersama mencegah stunting sejak dini.

Melalui jumpa pers penanganan stunting pada anak yang digelar Kamis, (2/3) itu, tujuh organisasi profesi lain, turut serta ambil bagian lakukan penanganan preventif tangani stunting. 

Hal ini diungkap oleh Dr Ulul Albab, SpOG, Sekretaris jenderal Pengurus Besar  IDI. Dalam upaya penurunan angka stunting di Indonesia, penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir juga jadi perhatian. 

Baca Juga: Mampu Atasi Stunting, Sosialita Surabaya Dukung Ganjar Maju Pilpres 2024

Menurut Data Dirjen Kesehatan Masyarakat dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2021 cakupan persalinan di fasilitas Pelayanan Kesehatan secara nasional mencapai 86 persen dengan pertolongan oleh tenaga kesehatan 89,8 persen, dengan angka capaian cakupan semua provinsi di pulau Jawa diatas 90 persen. 

Dari data tersebut, cakupan tertinggi berada di DKI Jakarta sebesar 99,6 persen, Jawa Timur 95,1 persen.

Baca Juga: Good Job Bu Bidan...! Stunting Jatim di Bawah Standar Maksimal WHO

Meski angka cakupan tersebut terlihat cukup baik, namun sebenarnya capaian tersebut belum dibarengi dengan penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir meningkat dari 87,9 per 100 ribu di tahun 2019, kemudian 97,6 per 100 ribu tahun 2020, dan 166,5 per 100 ribu tahun 2021, berdasarkan Komisi Data Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI tahun 2022.

“Jumlah kematian Ibu meningkat sepanjang Pandemi covid-19 dalam tiga tahun terakhir, yang menunjukkan masih diperlukannya penguatan ketahanan pelayanan kesehatan di Indonesia,” ungkapnya.

“Terutama pelayanan kesehatan Maternal Neonatal yang termasuk Pelayanan Kesehatan Esensial di sebuah negara,” terusnya melanjutkan. 

Baca Juga: 5 Jurus Jitu Kemenkes Cegah Stunting di Indonesia

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI)  prevalensi stunting turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022, dimana masih perlu penurunan 3,8% per tahun untuk mencapai target 14% pada tahun 2024. 

“Permasalahan kesehatan di Indonesia seperti masalah gizi, penyakit menular, dan penyakit tidak menular dapat menyebabkan kematian ibu, kematian bayi, dan stunting,” lanjutnya menjelaskan.

“Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan dapat mendeteksi masalah kesehatan yang berisiko,” tuturnya lagi.


MaBerkaitan dengan itu, IDI mendukung segala upaya pemerintah untuk memperkuat pelayanan kesehatan esensial yang diperlukan masyarakat.

“Kami mendukung segala upaya pemerintah dalam memperkuat pelayanan kesehatan esensial yang sangat diperlukan masyarakat dalam hal ini pelayanan KIA, sebagai bagian transformasi menyeluruh Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia,” terang Ulul.

“Untuk tercapainya optimalisasi pelayanan kesehatan serta penguatan pelayanan KIA diperlukan peran dan bertanggung jawab bersama dalam Kolaborasi antar profesi, Kolaborasi Antar fasilitas kesehatan dan Kolaborasi Antar Institusi,” tutupnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner