bakabar.com, BANJARMASIN – Kasus catcalling yang dialami mahasiswi MRA (21) terkatung-katung. Sejumlah pejabat di Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin memilih bungkam.
Sebelumnya, bidang kemahasiswaan Uniska berjanji akan membentuk tim investigasi guna menindaklanjuti dugaan pelecehan seksual secara verbal tersebut.
Namun saat ditagih janjinya, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Uniska, Idzani Muttaqin meminta media ini untuk langsung ke Rektor Prof Abdul Malik.
"Langsung ke rektor saja konfirmasi. Karena sudah diserahkan ke tim etik universitas," singkatnya dihubungi bakabar.com via Whatsapp, Rabu (30/9).
Coba dihubungi, Prof Malik tak kunjung merespons. Pesan singkat via Whatsapp media ini hanya centang biru. Pun, panggilan yang dilayangkan media ini berkali-kali, tak dijawab.
Kamis (30/9) siang, awak media ini kembali mencoba meminta keterangan sang rektor. Di ruang kerjanya, seorang staf rektorat berkata harus ada janji terlebih dahulu sebelum wawancara ke Prof Abdul Malik.
"Harus buat janji dulu kalau mau wawancara. Karena bapak agendanya sangat padat," cetusnya.
Wartawan pun mencoba meminta staf tersebut untuk mengatur jadwal wawancara dengan Prof Abdul Malik. Namun, staf tersebut tak mau memastikan.
"Harus sesuai birokrasi, kalau mau atur jadwal silakan ke Humas Uniska," tuturnya.
Media kembali mencoba ke bagian Humas Uniska. Sayangnya, pejabat yang berwenang saat itu sedang tidak ada di kantor.
Buka-bukaan! Mahasiswi di Banjarmasin Alami Catcalling Oleh Oknum Pegawai Kampus
Sebelumnya,MRA menjadi korban catcalling oknum diduga pegawai bidang kemahasiswaan Uniska Banjarmasin. Tak hanya pihak kampus, dugaan pelecehan MRA juga sudah didengar Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah XI Kalimantan.
Namun bicara sanksi bukanlah kewenangan LLDikti. Kepala LLDikti Wilayah XI Kalimantan, Prof Udiansyah hanya bisa mengirimkan rekomendasi ke Uniska untuk segera membuat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kepmendikbud) nomor 754/P/2020 hal tiga dosa besar kampus selain korupsi. Yakni, antitoleransi, antikekerasan seksual, dan antiperundungan.
Selebihnya, Prof Udi menyerahkan sepenuhnya penyelesaian dugaan kasus catcalling tersebut ke internal kampus. "Biarlah mereka berproses, karena sudah ditangani rektorat," ujar Prof Udi.
Wakil Rektor, Idzani Muttaqin, sebelumnya telah berjanji membentuk tim investigasi. Ia bahkan mengaku telah mengumpulkan jajarannya. Namun tak ada satupun mengaku. Dia malah menduga jika pelaku hanyalah oknum yang mengaku-ngaku.
Sebab, kata dia, hal serupa pernah terjadi. Dengan modus yang sama: pengurusan beasiswa.
"Itu pernah kejadian, setelah kita kroscek ternyata orang hanya mengatasnamakan kemahasiswaan," ungkapnya ditemui media ini, Selasa (21/9) lalu.
Hal beasiswa, dirinya memastikan tak pernah meminta imbalan. Regulasinya telah diatur LLDikti.
Idzani meminta MRA untuk melaporkan langsung kasus tersebut kepadanya. Ia menjamin identitas dan keamanan bakal terjaga.
"Dijamin dan kami lindungi. Kalau dia (MRA) tidak berani datang langsung ke kemahasiswaan, bisa agendakan bertemu di luar," tuntasnya.
Pelecehan seksual secara verbal menimpa MRA. Dua bulan lalu, mahasiswi semester awal ini menjadi korban catcalling oknum pegawai kemahasiswaan.
Setelah mendapat dorongan dari rekan-rekannya, ia baru berani buka-bukaan. MRA tak mau jika mahasiswi lain juga menjadi korban oknum pegawai itu.
bakabar.com secara khusus menemui MRA pada Selasa (21/9). Bermula dari beasiswa, lama-kelamaan percakapan oknum itu menjurus ke topik mesum.
Pelecehan seksual secara verbal sudah berhari-hari MRA rasakan melalui pesan Whatsapp. Tepatnya pada 11-13 September 2021 ketika si pegawai membalas pesan yang dilayangkan MRA.
"Cium barang nah," ujar pegawai itu kepada MRA. MRA amat paham konteks ucapan pegawai tersebut. "Saat itu saya menanyakan informasi beasiswa melalui nomor kontak yang tertera di instagram resmi kampus," cerita MRA.
Sempat ingin memendamnya, MRA akhirnya membeberkan kronologi catcalling yang menimpanya. bakabar.com menemui MRA secara khusus pada Selasa (21/9) setelah ia mendapat dorongan dari rekan-rekannya.
Catcalling Mahasiswi Banjarmasin, Prof Udiansyah Ingatkan 3 Dosa Besar Kampus