Opini

Bupati Nadalsyah, Putra Desa Lemo yang Sukses Bangun Kabupaten Barito Utara

Siapa yang menyangka, jika seorang mantan tukang tambal ban yang dulunya bahkan harus putus sekolah, karena kesulitan ekonomi, ternyata mampu membuat Kabupaten

Featured-Image
Bupati Barito Utara, H Nadalsyah. Foto: Istimewa

Oleh: Untung Aslianur

"KERJAKAN saja dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, waktu pasti akan menunjukan hasilnya. Sebab hidup adalah suatu perjuangan yang harus kita menangkan untuk mencapai kesuksesan, dan kesuksesan adalah suatu anugerah yang harus kita syukuri," itulah kalimat yang sering saya dengarkan dari H Nadalsyah, atau yang akrab disapa Koyem.

Kalimat itu bukan sekedar kutipan tanpa makna, tapi benar-benar berasal dari kerasnya perjuangan hidup yang telah dilaluinya dengan penuh rintangan. Tekad dan semangatnya yang pantang menyerah, sukses mengantarkannya duduk sebagai Bupati Barito Utara selama dua periode (2013-2023).

Siapa yang menyangka, jika seorang mantan tukang tambal ban yang dulunya bahkan harus putus sekolah, karena kesulitan ekonomi, ternyata mampu membuat Kabupaten Barito Utara mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang.

Lahir dan dibesarkan di tengah keluarga sederhana, pada 12 Maret 1965, dari ayah bernama H Anton Idris dan Ibunya bernama Hj Siti Rokaiyah, di sebuah desa kecil bernama Lemo yang berada di pinggiran Kota Muara Teweh, Koyem ditempa oleh kerasnya kehidupan yang mengajarkannya agar hidup mandiri menghadapi berbagai persoalan. Kehidupan di masa kecil memberikannya motivasi yang sangat kuat untuk meraih cita-cita besar, demi membahagiakan orang lain.

Setapak demi setapak, jalan-jalan sunyi penuh kemandirian ia lalui. Setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat dasar di desa kelahirannya, Lemo. Koyem pergi merantau untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMP di Kota Muara Teweh.

Di samping bersekolah, Koyem kecil menyibukan diri menjadi mekanik di bengkel milik pamannya yang bernama "Mini Motor", yang dulu terletak di Jalan Panglima Batur, tepatnya pada kawasan bantaran Sungai Barito dekat Langgar Nurul Iman, yang sekarang menjadi kawasan water front city.

Pekerjaan itu ia lakoni dengan rajin dan jujur. Dari sinilah pengalamannya menjadi seorang pengusaha mulai terbentuk. Ia sangat memahami bahwa hidup adalah perjuangan, dan tugas manusia adalah berjuang dengan mencari solusi atas berbagai ujian hidup.

Hasil bekerja di bengkel itu di samping ia gunakan untuk membantu biayanya bersekolah, agar dapat meringankan beban orang tuanya, juga bisa untuk sedikit mentraktir teman-teman sekolahnya.

Bupati Barito Utara, H Nadalsyah dalam suatu peninjauan proyek pekerjaan jalan daerah setempat. Foto: Istimewa
Bupati Barito Utara, H Nadalsyah dalam suatu peninjauan proyek pekerjaan jalan daerah setempat. Foto: Istimewa

Setelah lulus SMP, Koyem pun melanjutkan jenjang pendidikannya dan diterima masuk di SMA Negeri 1 Muara Teweh. Pada babak inilah, Koyem harus dihadapkan pada pilihan yang cukup sulit.

Ketika ekonomi keluarganya berada dalam situasi yang tidak baik, ia terpaksa harus berhenti sekolah saat berada di kelas 2 SMA.

Hidup dengan segala kekurangan memang sangatlah berat. Tidak semua keinginan dapat segera diwujudkan. Tapi bagi Koyem yang memiliki mental baja, kekurangan itu justru dijadikan sebagai cambuk untuk menggapai kehidupan yang lebih baik.

Ketika remaja, Koyem sangat meyakini bahwa dibalik kekurangan pasti ada jalan untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Apalagi ia diajarkan oleh kedua orang tuanya agar terus bekerja keras, berani mengambil resiko, piawai mencari peluang, konsisten dengan sikap, dan wajib memiliki integritas tinggi.

Koyem pun kemudian bekerja sebagai motoris speed boat penumpang jurusan Muara Teweh - Puruk Cahu. Setelah itu, ia menjadi ABK kapal penarik rakit/batang. Dari sinilah karirnya sebagai pengusaha mulai terbuka ketika ia ditawari untuk mengelola usaha perkayuan, yang memang menjadi sumber mata pencaharian yang menjanjikan saat itu.

Berkat keuletannya dalam mengoperasikan rakit dari Sungai Teweh menuju Sungai Barito, bahkan sampai ke Banjarmasin, Koyem pun dipercaya menjadi General Manajer pada perusahaan kayu besar tempatnya bekerja, yakni PT. Austral Byna.

Sukses mengelola usaha perkayuan, bisnisnya terus merambah ke jenis usaha lain, dimana ia kemudian mendirikan perusahaan sendiri yang diberi nama PT. Mitra Barito Group (MBG), yang bergerak di bidang pertambangan batu bara yang memiliki konsesi lahan produksi sendiri.

Secara simultan sebagai perusahaan lokal, MBG yang fokusnya adalah perusahaan bisnis yang berorientasi profit, membuka lapangan kerja di Barito Utara dengan mempekerjakan ribuan karyawan, juga melebarkan sayapnya kepada orientasi kemanusiaan untuk masyarakat luas. Berbagai program CSR, donasi, bantuan-bantuan kemanusiaan, digelontorkan oleh perusahaan ini untuk masyarakat.

Dalam situasi seperti inilah, muncul sebuah cita-cita yang lebih besar untuk membantu masyarakat dan daerah. Koyem menyadari tidak cukup hanya dengan memberi bantuan cash and carry yang sifatnya pragmatis, tapi harus menyeluruh dan sustainable.

HALAMAN
12345
Editor


Komentar
Banner
Banner