bakabar.com, BANJARMASIN – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Selatan (Kalsel) melaksanakan dialog kebangsaan bersama komunitas Sepeda Antik Banjarmasin (SABAN), Minggu (15/5).
Dialog itu bertujuan memperkokoh kekuatan kebangsaan dalam menghadapi ancaman dan tantangan masa kini menuju masa depan lebih baik.
“Supaya masalah kebangsaan kita dewasa ini bisa menjadi atensi oleh semua elemen masyarakat,” kata Ketua FKPT Kalsel, Aliansyah Mahadi usai kegiatan di Gedung Juang, Jalan Brigjend Hasan Basry Banjarmasin.
“Ini juga merupakan upaya-upaya pencegahan tumbuhnya paham-paham radikalisme di Kalsel,” lanjutnya.
Pada kesempatan itu, Aliansyah Mahadi menyampaikan bahwa kelompok yang paling rentan terpapar radikalisme adalah para remaja.
Sehingga ia meminta kepada peserta dan orang tua secara umum untuk lebih ketat menjaga buah hati.
“Lebih memperhatikan lingkungan keluarga serta anak-anaknya lagi,” ucapnya.
Hasil diskusi ini, kata dia, akan dilaporkan ke Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Terlepas hal itu, Aliansyah mengungkapkan indeks risiko terorisme Kalsel masih dalam tahap aman.
Kendati demikian, masyarakat tak boleh lengah.
“Dari beberapa kali penangkapan yang terjadi di Kalsel mengartikan jika potensi radikalisme itu nyata adanya. Maka dari itu, kita tak boleh terlena,” tutupnya.
Sekadar diketahui, ada 4 tahapan proses terjadinya radikalisasi terhadap seseorang.
Pertama, pra-radikalisasi; yakni tahapan di mana seseorang menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa.
Kedua, identifikasi diri; yakni tahapan ketika individu mulai terpapar paham ideologi radikal yang membuat mereka menafsirkan kembali arti agama dan kehidupan.
Mereka yang memasuki tahap ini akan mulai mengasingkan diri dan bergabung dengan ideologi sama.
Dalam tahap ini, seseorang akan mulai mengganti jati diri baru.
Adapun orang yang paling rentan adalah mereka yang berada di persimpangan jalan mencari jati diri dan kecewa terhadap keadaan.
Ketiga, indoktrinasi; adalah tahapan di mana seseorang mendapat dorongan dari sosok panutannya.
Kunci pada tahapan ini, seseorang biasanya membenarkan, mendorong hingga mendukung penggunaan kekerasan terhadap segala bentuk kekufuran.
Termasuk kekerasan terhadap negara barat, warga negara asing atau kawan seagama tapi berbeda pendapat dengan ideologi pokok mereka.
Keempat, jihadi perang; yakni tahap ketika seseorang sudah mulai mengambil tindakan berdasarkan keyakinan mereka.
Dalam tahap jihadisasi kekerasan ini, seseorang akan dapat melakukan berbagai tindakan kekerasan yang dimotivasi oleh pemaknaan ajaran agama yang sempit.
Sebagai antisipasi, penyebaran propaganda ini biasa dengan cara-cara seperti pendekatan orang per orang melalui online ataupun offline.
Masyarakat mesti waspada ketika ada orang yang mendatangi secara tiba-tiba kemudian mengajak bercakap-cakap soal tindakan ekstrimisme.