bakabar.com, BANJARMASIN - Mudah menyusup dan berkembang di masyarakat, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kian masif mengampanyekan anti paham radikalisme.
Salah satunya berkolaborasi dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Selatan menggelar Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri (Kenduri) Desa Damai di RM Pawon Tlogo, Alalak, Barito Kuala (Batola), Rabu (3/5).
Dihadiri Penjabat Bupati Batola yang diwakili Asisten Bidang Pemerintahan, Suyud Sugiono, kegiatan itu menghadirkan Direktur Pencegahan BNPT, Irfan Idris, sebagai salah satu pembicara.
Juga diikuti jajaran TNI/Polri, sejumlah kepala desa dan perangkat desa, tokoh masyarakat dan karang taruna di Batola.
Banyak persoalan yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Salah satunya sikap masyarakat terhadap paham radikalisme.
"Masyarakat sejatinya harus memahami kejahatan tersebut agar tidak mudah terpapar. Terkadang paham radikalisme dapat menggunakan simbol dan bahasa agama untuk menarik simpati," papar Irfan Idris.
"Misalnya melalui acara pengajian dan kegiatan keagamaan lain, tetapi disusupi penanaman kebencian dan permusuhan. Mereka yang tidak memahami, mudah sekali terprovokasi atas nama agama," imbuhnya.
Ironisnya banyak masyarakat yang tak menyadari telah terpapar paham radikalisme. Padahal agama pun tak mengajarkan sikap intoleran, gemar menyalahkan orang lain dan selalu mencari perbedaan.
Baca Juga: Waspadai Faham Radikalisme Sasar Generasi Muda di Kalsel, FKPT Atur Langkah
Baca Juga: Bincang Kebangsaan FKPT Kalsel Cegah Paham Ekstrim, Orang Tua Diminta Waspada!
"Selain dari pintu ke pintu, penyebaran paham radikal juga memanfaatkan teknologi internet melalui media sosial," jelas Irfan.
"Makanya upaya pencegahan penyebaran paham radikalisme dan terorisme tidak hanya bertumpu kepada BNPT, FKPT atau penegak hukum. Dibutuhkan pula peran serta seluruh elemen masyarakat," tegasnya.
Kerja sama tersebut diyakini menjadi senjata terampuh dalam menghadapi terorisme yang sudah dianggap merupakan kejahatan besar.
"Itu kejahatan kemanusiaan, karena si pelaku saja bisa membunuh diri sendiri, apalagi terhadap orang lain," beber Irfan yang juga Guru Besar Politik Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Sementara Kenduri Desa Damai yang menitikberatkan kearifan lokal di masyarakat, dinilai ideal diterapkan di Kalsel. Terlebih Indeks Potensi Radikal (IPR) di Bumi Lambung Mangkurat terbilang cukup tinggi.
"IPR Kalsel sekarang sedikit di atas rata-rata nasional yang berada di angka 10,2," sahut Aliansyah Mahadi, Ketua FKPT Kalsel.
"Berangkat dari fakta ini, kami mendorong sistem peringatan dini dengan mengaktifkan lagi Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) sebagai wadah komunikasi warga," pungkasnya.
Baca Juga: FKPT dan SMSI: Membendung Hoax dengan Kearifan Lokal
Baca Juga: Pembunuhan Sadis Satu Keluarga di Sigi, Simak Imbauan FKPT Kalsel