bakabar.com, MAGELANG - Merdu suara adzan menggema merdu di jantung kota Seribu Bunga, Magelang. Tak berselang lama, umat muslim yang mendengarnya bergegas menuju surau megah bernuansa hijau itu.
Masyarakat menyebut bangunan bersejarah itu Masjid Agung atau Masjid Gede Kota Magelang. Masjid Agung Kauman berhadapan langsung dengan alun-alun Kota Magelang didirikan pada 1650 M tokoh ulama dari Jawa Timur bernama KH Mudakir.
Menurut penelusuran bakabar.com, Minggu (28/5), bangunan dan tiap-tiap sudutnya masih terlihat kokoh dan megah meski usianya sudah lebih dari 2 abad.
Baca Juga: Menyusuri Wanurejo, Desa di Borobudur yang Usianya 2 Abad Lebih
Arsitekturnya yang unik dan bersejarah membuat masjid itu menjadi ikon dan kebanggaan umat muslim di Magelang. Bukan hanya sebagai pusat ibadah, Masjid Agung Kauman juga menjadi persinggahan masyarakat muslim yang melakukan perjalanan ke luar kota.
Seorang sesepuh sekaligus pengurus Masjid Agung Kauman, Miftachussurrur (70) menuturkan, sebelum menjadi semegah sekarang, Masjid Agung Magelang dulunya berupa langgar atau musala kecil.
"Baru pada 1797 M bangunan tersebut mengalami pemugaran," kata Miftachussurrur kepada bakabar.com, Minggu (28/5).
Menurut dia, pemugaran pertama dilakukan dengan menambah mimbar untuk khotib dan tiang (soko) guru yang terbuat dari kayu jati.
Kala itu, kayu jati yang digunakan khusus dan berkualitas terbaik yang didatangkan dari Bojonegoro.
Setelah pemugaran pertama, Masjid Agung Kauman juga mengalami beberapa perbaikan dan perubahan bentuk.
Baca Juga: Mengenang Letkol Soedjono, Pahlawan yang Tertembak di Lereng Merbabu
Hingga pada masa pemerintahan Bupati Magelang ke II yaitu RAA Danoeningrat II, tahun 1835 M bangunan ini mengalami renovasi kedua.
"Renovasi ketiga saat pemerintahan Bupati Magelang III yaitu RAA Danoeningrat III," sambungnya.
Menurut dia, selama tiga kali renovasi, masjid tersebut belum mengalami perubahan bentuk, baru pada 1871. Bangunan yang berdiri di lahan seluas 3200 meter persegi itu ditambahkan serambi muka dan menara kecil.
Hingga pada puncaknya, di masa pemerintahan Bupati Magelang V, RAA Danoesoegondo Masjid Agung Kauman Kota Magelang mengalami pemugaran besar-besaran yang dilakukan pada 1934 M.
"RAA Danoesoegondo dalam memugar masjid ini melibatkan seorang arsitek dari Belanda bernama Heer H Pluyter," tuturnya.
Baca Juga: Jelajah Waktu dan Peristiwa di Balik Palagan Ambarawa
Miftachussurrur menceritakan pemugaran di masa Danoesoegondo menghasilkan bentuk bangunan Masjid Agung Magelang yang bangunannya persis sama sampai sekarang ini.
Saksi Sejarah Bangsa Indonesia
Masjid Agung Kauman juga menjadi saksi bisu sejarah kemerdekaan Indonesia melawan penjajah. Pada masa perang kemerdekaan bahkan pernah dijadikan markas tentara rakyat yang akan berperang dengan Belanda.
"Pada 1947 masjid ini dijadikan persinggahan tentara rakyat yang berasal dari Surabaya dan Madiun, saat berperang melawan penjajah," ujarnya.
Baca Juga: Tugu ANIEM, Saksi Bisu Masuknya Listrik Pertama Kali di Magelang
Bahkan, pada 1948 Masjid Agung Magelang pernah mengalami kerusakan pada bagian atap dan tembok sebelah Utara.
Kerusakan ini diakibatkan serangan tentara Belanda dan tentara Ghurka saat Masjid Agung Kauman dijadikan sebagai markas tentara perjuangan
"Masjid itu pernah nyaris dihancurkan karena penjajah ingin menghancurkan perjuangan kemerdekaan," imbuhnya.
Baca Juga: Selisik MOSVIA, Sekolah Pendidikan Pangeh Praja di Magelang
Selain menjadi saksi sejarah, keunikan lain Masjid Agung Magelang adalah arah kiblatnya yang lurus searah dengan Mekkah.
"Masjid Agung Kauman Magelang adalah satu dari 3 masjid di Jawa Tengah yang mempunyai arah kiblat lurus dengan Mekkah, dua masjid lainnya ialah Masjid di Grobogan dan Masjid Agung Jawa Tengah yang berada di Semarang," pungkasnya.