bakabar.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) meminta industri benih jagung hibrida dapat memproduksi benih induk di dalam negeri sebagai salah satu upaya untuk menggenjot produksi jagung nasional.
Dalam proses produksi benih hibrida dalam negeri hingga saat ini masih ditemui kendala dalam produksi benih induk sehingga produsen benih masih melakukan impor benih induk dari luar negeri.
Untuk itu diharapkan agar industri benih dalam negeri dapat meningkatkan kegiatan penelitian dan pemuliaan.
Demikian disampaikan Koordinator Kelompok Substansi Penilaian dan Penyebaran Varietas, Direktorat Perbenihan Ditjen Tanaman Pangan, Kementan Andi M Saleh pada acara Peluncuran Benih Jagung Bioteknologi di Desa Manggalewa, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Rabu (26/7).
Baca Juga: Impor Gandum Bisa Tersendat, Saatnya Beralih ke Jagung
Andi menyampaikan benih merupakan komponen utama dalam usaha budidaya tanaman yang secara nyata telah memberikan kontribusi yang cukup dominan dalam peningkatan produksi dan produktivitas tanaman.
Namun, akibat adanya pemanasan global, ancaman perubahan iklim hingga kekeringan berimbas pada penurunan produksi sehingga salah satu solusinya adalah penggunaan benih varietas unggul.
Penggunaan benih tersebut yang salah satunya bisa diwujudkan melalui rekayasa genetika melalui bioteknologi. Pemerintah pun terus mendukung pengembangan varietas-varietas baru baik melalui teknologi hibrida maupun bioteknologi.
Saat ini telah dilepas untuk varietas jagung hibrida sebanyak 317 varietas dan jagung hibrida PRG sebanyak 8 varietas.
Baca Juga: Masih Menguntungkan, Produksi Jagung di Lebak Sumber Ekonomi Petani
“Oleh karena varietas-varietas tersebut merupakan hasil rekayasa teknologi tinggi dengan menggunakan sarana prasarana yang relatif membutuhkan biaya cukup besar, maka pemerintah terus mendorong swasta untuk mengembangkan varietas-varietas tersebut,” sebut Andi.
Salah satu pelaku swasta yang diajak Kementan untuk mengembangkan varietas jagung hibrida maupun bioteknologi adalah industri benih multinasional PT Bayer Indonesia.
Pada tahun 2022, Bayer Indonesia dan Direktorat Jenderal Tanaman Pagan Kementerian Pertanian menandatangani perjanjian kerjasama untuk mempercepat pengadopsian benih jagung bioteknologi serta memfasilitasi akses dan penyebaran teknologi.
“Pada tahun 2022, PT Bayer Indonesia telah melepas varietas jagung hibrida PR DK95-NK603, dengan keunggulan ketahanan terhadap herbisida glifosat, yang saat ini sedang kita tinjau areal pengembangannya di Manggalewa, Dompu, Nusa Tenggara Barat ini,” ungkapnya.
Baca Juga: Tingkatkan SDM, Kementan-BPDPKS Beri Pelatihan bagi Pekebun Sawit
Bayer Crop Science Country Cluster Head for Southeast Asia & Pakistan, Stacy Markovich menjelaskan benih jagung bioteknologi dengan nama DK95R mengandung sifat yang toleran terhadap bahan aktif dalam herbisida Roundup yang biasa digunakan untuk membasmi gulma.
Dibandingkan dengan benih jagung konvensional, benih jagung bioteknologi mampu memberikan potensi peningkatan pendapatan hingga 30 persen.
Hasil uji coba kami di 5 provinsi di Indonesia musim lalu menunjukkan bahwa dengan jagung RR, para petani mendapatkan potensi peningkatan pendapatan hingga 30 persen dibandingkan dengan praktik konvensional.
"Peningkatan pendapatan ini diperoleh dari kombinasi hasil panen yang lebih tinggi dan pengurangan biaya input," kata dia.
Setelah mengkomersilkan DK95R, selanjutnya Bayer akan memperkenalkan benih lain yang menggabungkan kontrol toleransi glisofat dan serangga khususnya ulat grayak yang menjadi kekhawatiran besar bagi petani jagung di Indonesia.