Darurat Karhutla

Begini Sikap Menteri LHK Soal Dampak Karhutla Sampai ke Malaysia

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar membantah dampak karhutla di Indonesia sampai ke Malaysia.

Featured-Image
Dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia sampai ke Malaysia. Foto Antara/Bayu Pratama

bakabar.com, JAKARTA – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar membantah dampak karhutla di Indonesia sampai ke Malaysia.

“Sejauh ini tidak ada transboundary haze ke Malaysia. Jadi kalau dibilang bahwa di Malaysia tidak ada hot spot, kalau lihat datanya citra satelinya di sana juga ada,” kata Siti Nurbaya dalam keterangan tertulis, Jumat (6/10) malam.

Menanggapi pernyataan Menteri LHK, Juru Kampanye Pantau Gambut Abil Salsabila menyebut dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia sudah mencapai negara tetangga Malaysia.

Dampak kebakaran ini mendorongnya mempertanyakan komitmen pemerintah dalam ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution 2022.

“Dampaknya di malaysia masih berupa kualitas udara yang tidak sehat (API melebihi 100),” kata Abil kepada bakabar.com, Jumat (6/10).

Baca Juga: Walhi: 3 Perusahaan Malaysia di Kalbar Biang Keladi Karhutla!

Berdasarkan standar departemen meteorologi Malaysia range API 101-200 masuk dalam kategori “tidak sehat”. Abil menilai, hotspot tidak dapat dijadikan acuan terjadi kebakaran di wilayah ditemukannya hotspot tersebut.

Hotspot hanya menunjukkan titik panas yang sumbernya bisa bermacam-macam, seperti api dan benda-benda yang memantulkan panas seperti atap seng.

“Jika hendak menggunakan hotspot sebagai acuan indikasi kebakaran, harus dilihat apakah hotspotnya bergerumul di satu tempat dan terjadi selama tiga hari berturut-turut,” jelasnya.

Pusat Meteorologi Khusus ASEAN menyebutkan cluster titik api terdeteksi di wilayah Sumatera bagian selatan dan sebagian tengah serta Kalimantan Selatan. Kabut asap dari Sumatera bergerak kea rah barat laut.

Baca Juga: BPK Didesak Hitung Kerugian Negara Bocor Akibat Karhutla

Sementara itu, Pantau Gambut mengungkapkan, titik panas selama September 2023 meningkat tiga kali lipat hingga mencapai 47.760 titik.

Jumlah titik panas tertinggi berada di Provinsi Kalimantan Tengah 21.559 titik panas, Sumatera Selatan 12.046 titik panas, Kalimantan Barat 6.308 titik panas, Kalimantan Selatan 2.885 titik, Papua Selatan 2.331 titik panas.

Sementara sejak Januari-September 2023, Pantau Gambut menemukan 70.299 titik panas di Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) se Indonesia.

Editor


Komentar
Banner
Banner