bakabar.com, BANJARBARU - Penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Selatan sepanjang 2025 dinilai lebih terkendali dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, tercatat 669 kejadian karhutla sejak 1 Januari hingga 1 Oktober 2025 dengan total luas terdampak 1.706,29 hektare. Juga ditemukan 3.252 titik hotspot yang terpantau satelit NASA.
Angka tersebut jauh menurun dibandingkan 2024 lalu. Satelit mendeteksi 6.349 hotspot dengan luas kebakaran mencapai 4.993,88 hektare. Dari jumlah ini, tim gabungan hanya mampu menangani sekitar 1.323 hektare melalui pemadaman darat dan udara.
"Hasil positif ini berkat strategi pencegahan sejak awal musim kemarau. Koordinasi dengan seluruh pemerintah daerah, aparat hingga masyarakat terus diperkuat lewat patroli darat dan deteksi dini," papar Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel, Bambang Dedi Mulyadi, Rabu (1/10)
Sebelumnya penanganan banyak bertumpu dengan operasi udara dengan helikopter water bombing. Sedangkan sepanjang 2025, strategi difokuskan kepada pencegahan berbasis komunitas dan patroli darat intensif.
Hasilnya titik panas didominasi kategori medium hingga low, dengan hanya sedikit yang masuk kategori high di perbatasan Kalsel dengan Kalimantan Tengah.
Sementara wilayah terbanyak kejadian karhutla terbanyak adalah Hulu Sungai Selatan dengan 182 kasus dan luas terdampak 630,32 hektare. Disusul Banjar dengan 94 kasus dan luas terdampak 191,61 hektare.
Berikut rincian karhutla di kabupaten dan kota di Kalsel sepanjang 2025:
Banjarbaru: 0,8 hektare (1 kejadian)
Banjar: 16,5 hektare (24 kejadian)
Tapin: 13,1 hektare (9 kejadian)
Hulu Sungai Selatan: 2,5 hektare (2 kejadian)
Hulu Sungai Tengah: 13,5 hektare (4 kejadian)
Tabalong: 5,36 hektare (5 kejadian)
Barito Kuala: 2 hektare (1 kejadian)
Tanah Laut: 10,5 hektare (4 kejadian)
Tanah Bumbu: 12,5 hektare (9 kejadian)
Kotabaru: 19 hektare (10 kejadian).