Tak Berkategori

Banjarmasin Siaga Banjir, BPBD Buta Peta Bencana

apahabar.com, BANJARMASIN – Ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) makin dingin. Suhu terendah mencapai 23 derajat…

Featured-Image
BPDB belum memiliki peta zonasi bencana sekalipun potensi air pasang mengintai. apahabar.com/Bahaudin Qusairi

Pemetaan tersebut diharapkan bisa membantu masyarakat di wilayah dengan status rawan bencana untuk siap siaga dalam melakukan langkah mitigasi.

“Supaya dalam mitigasi kita bisa minimalisir dampak,” ujarnya.

Kepala Bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan Iklim BIG Ferrari Pinem mengatakan tahap pra-bencana erat kaitannya dengan proses mitigasi.

Dalam hal ini, tahap pra bencana mencakup pemetaan rawan bencana dan peta kontijensi. Berdasarkan data tersebut, nantinya pihak terkait bisa membaca daerah mana saja yang bisa mendapat fokus mitigasi bencana.

Ferrari mengatakan peta kontijensi bisa dipakai untuk mengurangi dampak ketidakpastian dengan melakukan pengembangan skenario dan proyeksi kebutuhan ketika dalam tahap darurat.

“Peta rawan bencana, ketika kita mengetahui lokasi rawan bencana , kita bisa mengantisipasi. Peta pra-bencana disiapkan untuk melakukan skenario agar saat terjadi bencana kita bisa mengantisipasi,” tutur Ferrari di kesempatan yang sama.

Saat terjadi bencana, pihak terkait yang terdiri dari BIG, LAPAN, dan BNPB bisa melakukan pemetaan tanggap bencana. Pemetaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dan rencana pemulihan pascabencana. Data pemetaan yang diperoleh juga bisa digunakan oleh pemerintah untuk mengirimkan bantuan dengan cepat dan tepat sasaran.

“Saat bencana yang dibutuhkan di sana berapa logistiknya, berapa yang terkena dampak, berapa keluarga yang terdampak,” ujarnya.

Sementara di tahap pascabencana atau pemulihan, seluruh data yang diperoleh saat pra-bencana dan saat terjadi bencana dikompilasi dan analisis untuk menghasilkan rekomendasi.

Hasil analisis bisa diterapkan dalam Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk menentukan tingkat kelayakan lahan sebelum dibangun.

“Data yang dari peta rawan, kemudian peta dampak, peta tanggap bencana, kemudian diolah kembali untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan di dalam perencanaan tata ruang,” imbuh Ferrari.

Komentar
Banner
Banner