bakabar.com, SURABAYA - Sebagian kabupaten di Jawa Timur (Jatim) masih dihantui stunting. BKKBN Jatim bekerjasama dengan pondok pesantren untuk cegah pernikahan dini.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jatim menyebut bahwa ada banyak faktor penyebab stunting. Salah satunya pernikahan dini.
Sebab, ibu yang hamil dan melahirkan di bawah usia 19 tahun dinilai belum siap secara fisik dan psikis. Akibatnya, ibu belum siap mengasuh anak.
Baca Juga: Stunting Tinggi, Wapres Ma'ruf Amin Beri Catatan untuk Jember
Sayangnya, pernikahan dini masih tinggi di sebagian daerah Jatim. Hal ini turut menyumbang angka stunting yang cukup besar.
“Sebanyak 30 persen pernikahan anak (dini) adalah penyumbang stunting,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Maria Ernawati di Surabaya, Selasa (19/12).
Karenanya, BKKBN Jatim melakukan sejumlah upaya untuk menurunkan angka stunting. Salah satunya menggandeng pondok pesantren (ponpes).
“Kami beri sosialisasi kepada para santri agar mereka punya perencanaan yang matang untuk membangun keluarga,” ucap Maria.
Baca Juga: Iriana Jokowi Puji Penanganan Stunting di Banyuwangi
Menurut Maria, sosialisasi itu juga melibatkan ulama di pondok pesantren. Tujuannya, santri bisa lebih paham mengenai stunting dan risiko pernikahan dini.
Sebagai informasi, ada 3 daerah di Jatim yang masih memiliki angka stunting di atas 30 persen tahun ini. Antara lain, Jember, Situbondo, dan Bondowoso.
Sementara itu, angka rata-rata stunting di Jatim masih 19 persen untuk tahun 2022. Targetnya, angka itu bisa diturunkan hingga 14 persen di tahun 2024.
“Kalau ada ada pernikahan dini dan berlanjut pada kehamilan muda, kami kawal asupan gizi dan pola asuhnya,” tandas Maria.