bakabar.com, JAKARTA – Adi Yani analis sepak bola lokal sekaligus presenter olahraga menjelaskan 3 faktor utama penyebab ratusan orang tewas dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10).
“Faktor lain yang berhubungan dengan klub sepakbola seperti naik turunnya prestasi, keadaan para pemain dan hubungan antara suporter yang tentunya unik,” terang Adi.
Kick off di waktu yang rentan
Kickoff di malam hari secara psikologis, mulai dari sisi keamanan, panitia pelaksana, steward, dari semua yang ada di stadion, karena tentu resikonya berlipat. Keadaan malam hari memiliki tensi berbeda, bukan hanya dari lapangan tapi juga hal lain yang mengitari menjadi semakin sulit dikendalikan.
Kebijakan dari stasiun tv maupun pengelola liga sudah punya penilaian sendiri tentang kick off, pertandingan yang menarik dan seru punya begitu banyak sejarah terkadang kick off biasanya di jam yang prime time ataupun mungkin lebih malam dari biasanya.
“Kalau sudah menginginkan kick off di malam, di waktu yang lebih dari jam 8 tentunya semuanya harus lebih siap karena ada ektra-ekstra yang membuat secara psikologis juga berbeda,” jelas Adi
Misalnya para polisi, keamanan, tentara, steward dan juga pantia lapangan sudah bekerja dari pagi hari untuk memperisapkan diri biasanya kick off di malam mengakibatkan pola pikir mereka berbeda.
Begitupula dari penonton yang hadir adanya keletihan terkadang mengakibatkan emosi meningkat, betapa mereka berpikir mungkin ada kesulitan untuk pulang dari stadion dengan transportasi yang minimal jika mereka tidak naik kendaraan pribadi.
“Jadwal kick off malam kalau untuk polish crowd control mungkin kurang ideal yah tapi kan itu juga terjadi di Eropa dan banyak di benua-benua lain kalo kick off tergantung kesiapan dari pengamanan dari seluruh panitia di stadion,” ujar Adi.
Melanggar peraturan FIFA
Dalam peraturan Federation International de Football Association (FIFA) Pasal 19 B tertulis, 'No firearms or (crowd control gas) shall be carried or used'. Bunyi aturan FIFA gas air mata ini artinya bahwa senjata api atau gas untuk mengontrol kerumunan dilarang dibawa serta digunakan.
“Untuk penggunaan gas air mata sudah jelas di FIFA juga mengatakan ada crowd control penggunaan chemical-chemical seperti ini tidak diperbolehkan karena akan semakin membuat suasana menjadi lebih keruh,” kata Adi.
Rivalitas penonton
Rivalitas penonton mungkin sekarang lebih meninggi, karena adanya sosial media, ketika orang bisa saling menjangkau seperti Instagram atau di Twitter mereka bisa mengutarakan pendapat maupun bisa saling menjawab yang membuat level tensinya lebih meninggi.
“Kalau tidak ada suporter maka sepakbola tidak ada artinya, jadi kalau hanya memperhatikan keuntungan dari segi finansial tanpa adanya keadaan yang membuat aman dan percaya bahwa mereka tidak akan kenapa-kenapa tentunya akan menjadi kendala juga bagi klub dan liga,” ucap Adi.
Luapan emosi dari para suporter adalah hal wajar terjadi, karena terkadang rasa cinta terhadap klub kesayangan tidak masuk logika. Namun dengan manajemen pertandingan yang baik kejadian seperti Tragedi Kemanusiaan di Kanjuruhan bisa dihindari.
“Pihak stadion seharusnya bisa mengendalikan penonton dan juga menenangkan keadaan ketika ada hal-hal yang tidak diinginkan mulai terjadi,” tutup Adi.