Anwar Ibrahim

Alumnus HMI Dilantik Jadi Perdana Menteri Malaysia

Di Palu, Sulawesi Tengah, ribuan alumni HMI berkumpul untuk memilih presidium pimpinan. Di Kuala Lumpur, Malaysia, seorang alumnus HMI.

Featured-Image
Saat Anwar Ibrahim menghadiri pelantikan KAHMI Malaysia. Foto: Antara

Kiprah Anwar semakin gemilang ketika menjabat sebagai menteri keuangan pada 1991 dan diangkat menjadi wakil perdana menteri pada 1993. Di tangan Anwar, perekonomian Malaysia melejit. Asiamoney bahkan menobatkan Anwar sebagai Menteri Keuangan Tahun Ini pada 1996.

Setahun kemudian, krisis moneter melanda dunia, tapi Anwar berhasil membawa Malaysia melalui semuanya. Ia pun ditunjuk sebagai ketua Komite Pembangunan Bank Dunia pada 1998. Newsweek lantas menobatkan Anwar sebagai "Asian of the Year."

Jalan Anwar ke kursi kekuasaan kian terbuka saat Mahathir menunjuknya sebagai Perdana Menteri Interim. Saat itulah, dia merombak pemerintahan dan membongkar semua kebusukan UMNO yang dianggap mulai rapuh akibat sistem kroni, korupsi, dan nepotisme di tubuh partai.

Dia lalu ditahan arena berbagai tuduhan. Dia sering dipukuli dan disiksa di tahanan. Beberapa kali tampak wajahnya yang lebam-lebam karena disiksa. Namun, dia tak lantas menghilang. Dia tetap memimpin barisan oposisi hingga memenangkan wacana di panggung politik Malaysia.

Peran Indonesia

Dalam situasi ketika semua orang menghindarinya, Anwar sering datang ke Indonesia. Dia menggunakan kedekatannya dengan elite-elite Indonesia untuk meningkatkan bargaining atau daya tawar pada pemerintahan. Dia tahu kalau semua warga Malaysia intens mengikuti apapun perkembangan di Indonesia.

Dia rajin bersilaturahmi dengan tokoh politik Indonesia, mulai dari Habibie hingga Jusuf Kalla. Dia pun selalu hadir saat diundang oleh HMI sebab dia merasakan tumbuh dan besar bersama para tokoh HMI.

Baca Juga: [OPINI] Ketika Anies Terjebak Stigma ‘Pemain’ Politik Identitas

Berkat persentuhan dengan banyak orang, dia rajin menulis buku dan mengembangkan gagasan-gagasan. Terakhir, dia banyak berbicara mengenai ekonomi manusiawi yang disebutnya sebagai sistem ekonomi yang mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyat kecil, serta berhasil mengurangi angka kemiskinan dan tingkat kesenjangan di antara golongan kaya-miskin.

“Ekonomi manusiawi maknanya tidak boleh kita membolehkan kerusakan sistem dan perilaku korupsi serta penyalahgunaan kekuasaan. Kita juga tidak membolehkan sistem yang memperkaya segelintir elite penguasa tetapi meminggirkan nasib dan kesejahteraan rakyat banyak,” ucapnya.

Kini, sosok yang melalui jalan terjal di politik, keluar masuk penjara, dan kenyang dengan berbagai fitnahan itu memegang tampuk tertinggi pemerintahan Malaysia. Dia telah dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia pada Kamis (24/11) kemarin.

Begitu dilantik, dia langsung membuat gebrakan. Di antaranya adalah tidak mengambil gaji sebagai Perdana Menteri, serta memperkuat persatuan Malaysia.

Baca Juga: Soal Duet Prabowo-Jokowi di Pilpres 2024, Yusril Beberkan Pendapatnya

Di saat-saat paling sulit dalam hidupnya, dia akan mengenang petuah Buya Hamka, ulama asal Maninjau yang namanya tersohor di Indonesia dan Malaysia.

“Anwar, apapun perkembangan, itu kilauan sementara. Bukan kita memutuskan, mengutamakan. Kita harus lihat kesungguhan tekad mereka, istiqomah mereka dalam memperjuangkan.”

*) Penulis adalah blogger, peneliti, dan sering menulis di www.timur-angin.com

Editor


Komentar
Banner
Banner