bakabar.com, JAKARTA - Penelitian terbaru mengidentifikasi potensi sindrom baru pada bayi baru lahir. Diduga disebabkan ibu mengonsumsi fentanyl selama kehamilan.
Melansir NBC News, Rabu (13/12), sindrom ini disampaikan oleh para peneliti dari Nemours Children's Health di Wilmington, Delaware, di Amerika. Hasil penelitiannya juga telah dipublikasikan di Genetics in Medicine Open.
Sejumlah dokter mengidentifikasi sebanyak 10 bayi yang lahir dengan cacat bawaan. Dan menemukan, semua bayi yang lahir berasal dari ibu yang aktif menggunakan fentanyl selama kehamilan.
Diantaranya, enam bayi diidentifikasi di Nemours Children's Health di Wilmington, Delaware, dua di California, dan masing-masing satu di Massachusetts dan Rhode Island.
Tak hanya itu, bayi-bayi tersebut dinyatakan positif terhadap paparan fentanyl saat dilahirkan, para tim juga menduga paparan obat tersebut terjadi dalam jumlah besar selama kehamilan.
Fentanyl merupakan obat antinyeri. Biasa digunakan untuk meredakan nyeri hebat, dan menjadi obat tambahan saat prosedur anestesi atau pembiusan.
Sejatinya, fentanyl hanya bisa didapatkan atas resep dokter. Penggunaannya cenderung berbahaya karena melewati plasenta dan berisiko terhadap janin pada ibu hamil.
Sindrom ini hanya terjadi pada bayi yang lahir dari ibu dengan asupan fentanyl yang tinggi atau jumlah besar secara rutin.
"Sindrom baru ini dapat dikenali secara klinis,” demikian disampaikan para peneliti seperti dikutip dari NBC News.
“Temuan ini terlihat pada individu dan memungkinkan adanya sindrom baru," sambungnya.
Hal ini mengingatkannya pada Agustus 2022 lalu, ketika Wadman dipanggil untuk menangani kasus bayi yang cacat sejak lahir.
"Kisah ini terdengar sangat familiar, dan saya memikirkan pasien yang pernah saya temui di awal tahun dan berpikir kembali bahwa kami menemukan sesuatu yang sangat besar di sini," ucap Wadman.
Ciri dan Risiko yang Diderita Sang Bayi
Beberapa ciri-ciri diidentifikasi oleh peneliti seperti ukuran tubuh dan kepala bayi yang lebih kecil, mata yang terkulai, langit-langit mulut sumbing dan kaki yang mengarah ke bawah dan ke dalam.
Pada bayi laki-laki juga mengalami kelainan pada alat kelaminnya. Tak hanya itu, bayi-bayi tersebut juga memiliki ketidaksempurnaan di antara jari-jari.
“Kami belum melihat sindrom spesifik ini, namun bayi yang terpapar fentanyl sering kali terlahir dengan pertumbuhan terbatas, lebih kecil dari yang seharusnya,” kata Dr. Brian Smith, profesor pediatri terkemuka Samuel L. Katz di Duke University.
Para bayi juga diketahui mudah rewel sehingga menyebabkan kesulitan dalam makan dan mendapatkan tidur nyenyak.
Kemiripan fisik tersebut mengingatkan dengan sindrom Smith-Lemli-Opitz, sebuah gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bentuk anggota tubuh serta kecerdasan intelektual sang bayi.
Dalam kasus tersebut, genetik mempengaruhi cara janin memproses kolestrol, yang diperlukan sebagai perkembangan otak dan sel.
Tapi, untuk kasus ini, tidak ada bayi yang memiliki sindrom Smith-Lemli-Opitz atau lainnya, yang berisiko mengalami cacat tersebut.
Wadman menduga, fentanyl mungkin menyebabkan gangguan serupa pada metabolisme kolestrol selama kehamilan.
“Meskipun efek fentanyl terhadap metabolisme kolesterol belum diuji secara langsung, masuk akal jika ini mempengaruhi metabolisme kolesterol pada janin yang sedang berkembang,” tulis para peneliti dalam laporan baru.
Meski begitu, Wadman masih memerlukan penelitian yang panjang untuk mengonfirmasi temuan ini, dan menduga adanya campuran obat lain yang terlewat oleh para peneliti.