Kabar Pasar

5 Pemilu Terakhir, Bareksa: IHSG Selalu Menguat di Tahun Politik

Head of Investment Bareksa Christian Halim menjelaskan dalam 5 pemilu terakhir, IHSG selalu menguat sepanjang tahun pemilu, dengan rata-rata 45,3%.

Featured-Image
Pekerja berada di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA – Head of Investment Bareksa Christian Halim menjelaskan bahwa secara historis dalam 5 pemilu terakhir, IHSG selalu menguat sepanjang tahun pemilu, dengan rata-rata return sebesar 45,3%. Bahkan secara lebih detail, mengutip data Syailendra, IHSG selalu naik dalam 9 bulan menjelang hari pemilihan presiden.

"Secara historis, indeks saham (IHSG) dapat mencetak kinerja positif selama tahun pemilu. Investor dapat memanfaatkan peluang kenaikan dengan membeli reksadana berbasis indeks saham," kata Christian dalam keterangannya, Senin (7/8).

Selain itu, sejak awal tahun hingga 3 Agustus 2023, investor asing telah melakukan pembelian di pasar saham sekitar Rp23,83 triliun. Saham yang dibeli investor asing mayoritas adalah saham berkapitalisasi besar yang memiliki kinerja keuangan stabil seperti perbankan konvensional dan sektor konsumer.

Senada, Chief Investment Officer Jagartha Advisors Erik Argasetya menyoroti bahwa sejumlah sektor saham berkinerja unggul ketika pemilu, yaitu finansial, konsumen dan media. Menurutnya, sektor finansial akan mendapat dorongan dari pembiayaan proyek untuk menjaga kepercayaan publik dan data ekonomi tetap bagus, sehingga mendorong penyaluran kredit.

Baca Juga: Seiring Sentimen Global, IHSG Kamis Berpeluang Melemah

"Sementara itu, sektor konsumen mendapat angin segar dari dana kampanye yang digunakan untuk berbelanja barang kebutuhan pokok. Kemudian, sektor media dan telekomunikasi terdorong karena adanya iklan kampanye kandidat melalui TV, media cetak maupun elektronik," jelas Erik.

Sebagai tambahan, Erik juga menjelaskan adanya sejumlah faktor di luar pemilu yang mempengaruhi pasar domestik, seperti kondisi ekonomi dan inflasi Amerika Serikat, serta kebijakan bank sentral global dan Bank Indonesia.

"Bank sentral AS kemungkinan masih akan menaikkan suku bunga sekali lagi pada September tetapi keputusan akan bergantung terhadap data ekonomi yang keluar. Sementara itu, BI menunggu langkah The Fed dengan kecenderungan akan memangkas suku bunga lebih cepat daripada The Fed," papar Erik.

Mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Chief Executive Officer Bareksa  Prioritas Ricky Rachmatulloh merekomendasikan pada investor High Net-Worth Individual (HNWI) khususnya yang memiliki profil risiko agresif, untuk membeli reksadana saham yang memiliki eksposur di sektor yang diuntungkan dari pemilu.

Baca Juga: Blak-Blakan, Menteri ESDM Sebut PT Vale Segera Serahkan Divestasi Saham 14% 

"Ini adalah kesempatan yang bagus bagi investor agresif dan long-term untuk membeli reksadana saham hingga tahun depan."

Di samping itu, ia juga menyarankan reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi untuk menjaga stabilitas portofolio sembari menunggu The Fed atau BI akan mengumumkan untuk memangkas suku bunga. Terakhir, investor konservatif atau yang mengutamakan likuiditas disarankan untuk menaruh asetnya di reksadana pasar uang.

Menjelang Pemilu 2024, terdapat potensi perputaran dana di sektor riil sekitar Rp355,5 triliun dari kampanye pemilu yang akan dilaksanakan menurut estimasi Credit Suisse, setara dengan 1,9% PDB Indonesia. Hal itu diharapkan bisa memberi sentimen positif ke pasar saham, yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Editor
Komentar
Banner
Banner